Ringkasan Singkat
Video ini membahas pentingnya mengendalikan diri dan mengasihi sesama, terutama di akhir zaman di mana orang cenderung lebih mencintai diri sendiri. Orang yang suka berbantah dan membesarkan amarahnya akan menuai kehancuran, sementara orang yang bijak mampu meredakan amarah dan menjadi berkat bagi orang lain.
- Mengendalikan diri dan mengasihi sesama adalah kunci hidup yang terhormat.
- Amarah yang tidak terkontrol adalah ciri orang bodoh dan akan membawa kehancuran.
- Belajar mengoreksi diri, mendengar seksama, dan berpikir jernih sebelum mengambil keputusan.
Pendahuluan [0:00]
Di akhir zaman, banyak orang lebih mementingkan diri sendiri, yang menyebabkan konflik karena ketidakmampuan mengendalikan diri. Prinsip kerajaan Allah berbeda dengan prinsip duniawi; kita harus merendahkan hati. Orang yang tinggi hati merendahkan orang lain dan dikendalikan oleh ego serta hawa nafsu, sehingga tidak pernah cocok dengan orang lain.
Menjauhi Perbantahan [2:22]
Amsal 20:3 menyatakan bahwa terhormatlah orang yang menjauhi perbantahan. Hukum utama adalah mengasihi Tuhan dan sesama. Orang yang suka berbantah membesarkan emosi dan amarahnya, merasa benar sendiri padahal belum tentu benar di hadapan Tuhan. Orang yang tidak suka berantem justru terhormat, sedangkan orang bodoh membiarkan amarahnya meledak dan menyakiti orang lain.
Menjadi Berkat, Bukan Batu Sandungan [3:48]
Kita dipanggil untuk menjadi berkat, mendukung, menolong, dan menguatkan orang lain. Jika kita suka berantem dan bersikap buruk, mungkin kita lebih mengasihi diri sendiri daripada Tuhan. Orang yang mengasihi Tuhan akan mengasihi sesamanya. Orang yang mengasihi diri sendiri selalu merasa paling hebat dan gampang tersinggung, sehingga menjadi masalah di mana-mana.
Mengendalikan Amarah [5:39]
Sikap hati yang degil, keras, arogan, dan pemarah membuat hidup menjadi batu sandungan. Kita harus mengoreksi diri dan menyelidiki batin. Amsal 29:11 menyatakan bahwa orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, sedangkan orang bijak meredakannya. Jika kita suka marah, kita adalah orang bebal.
Hikmat dalam Pengambilan Keputusan [7:19]
Belajar mengoreksi hati dan menyelidiki apakah perbuatan kita sudah tepat di mata Tuhan. Kita harus lebih bisa menguasai diri, mendengar seksama, menganalisa, dan berpikir jernih sebelum mengambil keputusan. Keputusan yang diambil saat marah akan salah dan merugikan diri sendiri serta orang lain.
Mengampuni Luka Batin [8:16]
Jika kita gampang marah, koreksi diri karena mungkin ada luka yang belum bisa diampuni. Luka batin yang dipelihara akan membentuk karakter pemarah dan membuat orang tidak nyaman. Hal ini juga tidak memuliakan nama Tuhan. Kita harus mengendalikan diri dan tidak membesarkan kedagingan serta hawa nafsu.
Hikmat dan Pengertian [9:34]
Tuhan memberi kita satu mulut dan dua telinga agar kita lebih banyak mendengar dan berpikir sebelum bereaksi. Jangan lekas marah, selaraskan hati dan pikiran dengan Tuhan. Amarah menetap dalam dada orang bodoh. Kita harus menaruh hati sepenuhnya di hadapan Tuhan dan belajar menjadi berkat.
Mencerminkan Kemuliaan Tuhan [11:21]
Semakin hari, kita harus semakin bisa mengendalikan diri dan menjadi orang yang penuh hikmat serta pengertian. Apapun yang diputuskan harus sejalan dengan kehendak Tuhan, sehingga nama-Nya dipermuliakan. Jangan gampang terpancing emosi. Jika telinga cepat panas, masalahnya ada pada diri kita sendiri.
Menjadi Berkat bagi Banyak Orang [12:46]
Orang yang bijaksana mencerna dan memikirkan perkataannya agar tidak menyakiti orang lain. Sikap yang baik akan membuat kita disukai dan diberkati. Jika kita pemarah, bagaimana kita bisa membangun hubungan bisnis atau bekerja dengan orang lain? Belajar menguasai diri agar menjadi berkat dan kasih karunia melimpah. Jangan jadi seperti herder yang menyala-nyala dan menyakiti orang lain.
Doa Penutup [14:33]
Doa agar firman Tuhan memberkati dan mengubah hidup, serta kasih karunia dan pertolongan Tuhan melimpah. Doa untuk kesembuhan dan pemulihan bagi yang sakit.