Susilo Bambang Yudhoyono Soal Dwifungsi ABRI, Perang Dunia III, Gaza-Israel | Endgame Lyceum Vol. 12

Susilo Bambang Yudhoyono Soal Dwifungsi ABRI, Perang Dunia III, Gaza-Israel | Endgame Lyceum Vol. 12

Ringkasan Singkat

Video ini membahas berbagai isu geopolitik global dan peran Indonesia dalam menghadapinya. Beberapa poin utama yang dibahas meliputi:

  • Perlunya meninjau kembali tatanan dunia yang sudah usang.
  • Pentingnya multilateralisme dan kerja sama regional.
  • Keseimbangan antara kepentingan nasional dan nilai-nilai universal dalam diplomasi.
  • Potensi terjadinya Perang Dunia III dan cara menghindarinya.
  • Dampak rivalitas Tiongkok-AS terhadap stabilitas global.
  • Peran pemuda dan perempuan dalam membangun perdamaian.

Intro [0:00]

Gita Wirjawan membuka sesi dengan menyampaikan tren global pasca-Perang Dunia II, dari bipolar menjadi unipolar, lalu multipolar dengan meningkatnya ketegangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Ia menanyakan pandangan SBY mengenai akar masalah ini dan bagaimana Indonesia harus bersikap.

Era Koreksi Sejarah Geopolitik [2:06]

SBY menjelaskan bahwa koreksi sejarah selalu terjadi dari masa ke masa. Tatanan dunia yang berlaku selama 80 tahun memiliki kebaikan dan keburukan yang perlu ditinjau kembali. Ia mengkritik hak veto di PBB sebagai biang keladi masalah dan menyerukan reformasi PBB. SBY menekankan pentingnya memikirkan kembali tatanan dunia yang lebih adil dan inklusif, serta peran Indonesia dalam mencari solusi.

Ilusi Perdamaian [12:00]

Gita menyoroti paradoks multilateralisme yang semakin sulit di era multipolar. Ia membandingkan anggaran pertahanan global yang sangat besar dengan anggaran PBB yang kecil. SBY setuju bahwa multilateralisme menurun dan unilateralisme meningkat. Ia menekankan pentingnya kerja sama multilateral dan regional meskipun ada semangat "setiap negara untuk dirinya sendiri". SBY juga menyoroti pentingnya sumber daya yang memadai bagi organisasi multilateral agar berfungsi dengan baik dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional.

Pragmatis, Realis, atau Idealis [18:29]

Gita bertanya apakah diplomasi saat ini lebih didorong oleh kepentingan daripada nilai. SBY menjelaskan dua aliran dalam hubungan antar bangsa: realis dan idealis. Kaum realis mengutamakan kepentingan negara, sementara kaum idealis juga mempertimbangkan nilai-nilai universal. SBY menekankan pentingnya keseimbangan antara kepentingan nasional dan nilai-nilai, serta kekhawatiran akan hilangnya nilai-nilai dalam semangat "G-zero".

Cikal-bakal Perang Dunia III [24:45]

Gita menanyakan probabilitas terjadinya perang global. SBY menyebutkan novel yang menggambarkan kemungkinan perang besar di Asia Pasifik dan Perang Dunia III. Ia juga menyebutkan buku Kevin Rudd yang menyatakan Perang Dunia III dapat dicegah. SBY menekankan pentingnya multilateralisme dan forum bersama untuk mencegah tindakan sepihak, serta mengurangi ketegangan dan potensi miskalkulasi.

Nasib Umat Manusia di Tangan 3 Orang Ini [31:15]

Gita menanyakan peran Indonesia dalam menyikapi keseimbangan dunia yang dipengaruhi oleh Vladimir Putin, Xi Jinping, dan Donald Trump. SBY menjelaskan bahwa kompetisi untuk menjadi pemimpin dunia sejati sedang terjadi. Ia menganalisis ambisi, riwayat, dan kekuatan masing-masing pemimpin, serta pentingnya pertemuan antara ketiga pemimpin untuk mencegah Perang Dunia III.

Tarif Trump [40:51]

Gita menanyakan mengenai langkah-langkah Donald Trump yang berkorelasi dengan prinsip resiprositas dan pengenaan tarif yang signifikan. SBY menekankan pentingnya memahami cara berpikir Donald Trump dan pola pikirnya dalam melihat dunia. Ia juga membahas pendekatan yang perlu dilakukan Indonesia dalam menghadapi kebijakan tarif Trump, termasuk negosiasi langsung dan sikap bersama ASEAN.

Dampak Isolasionis Trump [52:06]

Gita menanyakan dampak kebijakan isolasionis Donald Trump dan cara menyikapinya. SBY menjelaskan bahwa sikap isolasionis Amerika Serikat sudah terjadi beberapa kali dalam sejarah. Ia menekankan bahwa Amerika Serikat juga memiliki kepentingan nasional dalam menjaga stabilitas global dan bahwa mengurangi biaya untuk kebersamaan di dunia dapat melukai sekutu dan kepentingan Amerika Serikat sendiri.

Keterlibatan Militer di Ruang Sosial-Politik [59:59]

Gita menanyakan apakah sikap Donald Trump dalam mobilisasi marinir untuk mengamankan kerusuhan di Los Angeles adalah bijaksana. SBY menjelaskan bahwa lazimnya gangguan keamanan ditangani oleh polisi, lalu National Guard. Ia menjelaskan perbedaan antara militer yang dilatih untuk perang dan polisi yang menegakkan hukum. SBY juga menjelaskan sejarah dwifungsi ABRI di Indonesia dan reformasi ABRI yang dipimpinnya untuk mengembalikan TNI pada fungsi pertahanan.

Dampak Rivalitas Tiongkok-AS [1:23:10]

Gita menanyakan bagaimana Indonesia bisa aman dalam rivalitas Tiongkok-AS. SBY menjelaskan bahwa rivalitas ini tidak akan hilang karena Amerika Serikat merasa terganggu oleh Tiongkok. Ia menekankan pentingnya menjaga kebersamaan tiga negara (Jepang, Tiongkok, Korea Selatan) dan menghubungi ASEAN. SBY juga menekankan pentingnya kerja sama multilateral dan regional, serta peran ASEAN dalam mendorong Amerika Serikat dan Tiongkok untuk menjadi bagian dari solusi.

BRICS: “Xi Jinping pasti happy” [1:38:59]

Gita menanyakan apakah partisipasi Indonesia di BRICS bisa dianggap sebagai durian runtuh untuk Tiongkok. SBY menjelaskan bahwa Xi Jinping pasti senang karena dianggap lebih murah hati dan bisa dipercaya daripada Trump. Ia juga membahas dampak perang tarif terhadap konsumen Amerika Serikat dan pentingnya rezim perdagangan yang adil.

SBY pesimis tentang Perang Ukraina [1:44:19]

Gita menanyakan durasi konflik Ukraina dan harapan untuk berakhir dalam waktu dekat. SBY pesimis terhadap segera berakhirnya perang karena jalan pikiran Putin dan kepentingan NATO. Ia menjelaskan bahwa konsep untuk mengakhiri perang sangat tidak jelas dan kompromi sulit dibangun.

Resolusi Gaza jalan buntu? [1:53:11]

Gita menanyakan prospek solusi dua negara di Gaza dan korelasinya dengan reformasi di Saudi Arabia. SBY menjelaskan bahwa keduanya lebih berorientasi pada asumsi. Ia menekankan bahwa selama Hamas dan Fattah tidak akur, tidak mungkin ada solusi dua negara. SBY juga menjelaskan bahwa modernisasi Saudi Arabia tidak di tangan siapapun kecuali bangsa Arab sendiri.

Normalisasi diplomasi Indonesia-Israel [1:59:38]

Gita menanyakan apakah normalisasi hubungan diplomasi Indonesia-Israel hanya bisa terjadi apabila solusi dua negara sudah tercapai. SBY menjelaskan bahwa selama Palestina belum menjadi negara merdeka dan berdaulat, mustahil bagi Indonesia untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Ia juga menceritakan pengalamannya mengirim utusan khusus untuk bicara dengan Perdana Menteri Israel saat perang Lebanon-Israel.

Kilas balik SBY ke Stanford [2:08:10]

Gita menanyakan kesan dan pesan SBY mengenai pidato kunci di Stanford. SBY menjelaskan bahwa idenya adalah membangun kebersamaan dan menyelamatkan dunia dari krisis lingkungan. Ia senang bisa datang ke sana menyampaikan pandangannya dan berharap kerja sama ASEAN urusan keberlanjutan bisa berjalan dengan baik.

Sengketa teritorial Laut Cina Selatan [2:10:32]

Gita menanyakan optimisme SBY terkait dengan kerangka code of conduct untuk menyelesaikan permasalahan Laut Cina Selatan. SBY menjelaskan bahwa sengketa teritori antara Tiongkok dengan negara-negara lain menjadi agenda yang sangat penting untuk klaim wilayah. Ia menekankan pentingnya ASEAN tetap bersuara dan mengingatkan code of conduct serta solusi yang damai.

Disparitas pendidikan Asia Tenggara [2:15:02]

Gita menanyakan apakah prinsip subsidiaritas di Piagam ASEAN perlu dikaji ulang untuk kepentingan pendidikan. SBY menjelaskan bahwa di New ASEAN Charter memang ada Principle of Non-Interference, tetapi juga ada kewajiban semua negara ASEAN untuk menghormati demokrasi, hak asasi manusia, supremasi hukum. Ia menekankan pentingnya memasukkan pendidikan dalam komunitas sosial budaya ASEAN dan meningkatkan standar kompetensi pendidikan di semua negara ASEAN.

SBY kembali ke sanggar seni [2:20:54]

Gita menanyakan pesan-pesan dari lukisan SBY dan kaitannya dengan pesan untuk generasi muda. SBY menjelaskan bahwa ia kembali ke sanggar seni dan bekerja sama dengan ISI Solo, ISI Jogja, ITB, dan IKJ Jakarta untuk projek seni lukis. Lukisan ini didedikasikan untuk kedamaian, masa depan yang lebih baik, dan harapan. SBY juga menjelaskan pesan moral dari lukisannya yang menggambarkan kehancuran di Gaza dan pentingnya menghentikan perang.

Biodiversitas [2:28:24]

Seorang penanya menanyakan apa yang bisa dilakukan rakyat biasa agar hak veto dicabut dan sistem ekonomi global bisa direset supaya global currency-nya bisa dipack terhadap biodiversitas. SBY menjelaskan bahwa selama hak veto masih tetap dimiliki oleh lima negara, tidak akan ada solusi. Ia juga menekankan pentingnya keadilan dalam masalah iklim dan kolaborasi antara negara maju dan berkembang.

Partisipasi perempuan dalam perdamaian [2:38:27]

Seorang penanya menanyakan bagaimana SBY melihat partisipasi perempuan dalam membangun perdamaian. SBY setuju bahwa kaum perempuan paling menderita dalam konflik kekerasan. Ia menekankan pentingnya melibatkan kaum perempuan dalam menjaga kerukunan dan mencegah terjadinya konflik baru.

Diplomasi sains [2:45:26]

Seorang penanya menanyakan bagaimana Indonesia bisa dikenal sebagai negara penghasil ilmu pengetahuan. SBY menjelaskan bahwa mindset kita pernah menjadi bangsa jajahan itu dulunya kuat sekali tapi sebetulnya sekarang sudah berkurang. Ia menekankan pentingnya tukar-menukar mahasiswa dan pelajar antar negara, menghargai ilmuwan, dan menyerahkan urusan sains kepada ahlinya.

Pemuda: Dilibatkan dari sekarang atau di masa depan? [2:52:57]

Seorang penanya menanyakan bagaimana memastikan memori institusional itu ada di generasi muda. SBY menjelaskan bahwa tidak ada aturan yang kaku dan segala sesuatu dilihat dari senioritas. Ia menekankan pentingnya melihat konteksnya dan percaya bahwa generasi muda pada saatnya akan lebih baik memimpin negara kita ini.

Komitmen moral atau ilusi kepedulian? [2:57:55]

Seorang penanya menanyakan apakah ekspresi emosi melalui sosial media merupakan bentuk tanggung jawab moral yang cukup. SBY menjelaskan bahwa ada penyakit dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu politik identitas, politik uang, dan politik pascakebenaran. Ia juga menekankan pentingnya pendidikan dan tanggung jawab orang tua dalam membentengi pikiran manusia untuk melihat sesuatu dengan benar.

Watch the Video

Date: 7/4/2025 Source: www.youtube.com
Share

Stay Informed with Quality Articles

Discover curated summaries and insights from across the web. Save time while staying informed.

© 2024 BriefRead