Ringkasan Singkat
Video ini membahas tradisi dan adat istiadat masyarakat Sunda, khususnya di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar. Dijelaskan mengenai sejarah, struktur masyarakat, serta berbagai upacara adat yang berkaitan dengan pertanian padi (tatanen Pare), seperti upacara membuka dan menutup panen, hingga upacara Seren Taun sebagai wujud syukur atas hasil panen.
- Kasepuhan Ciptagelar: Masyarakat adat yang teguh memegang tradisi pertanian.
- Upacara Adat: Rangkaian ritual penting dalam siklus pertanian padi.
- Seren Taun: Puncak perayaan sebagai ungkapan syukur atas hasil panen.
Pendahuluan [0:00]
Video ini akan membahas tradisi dan adat istiadat masyarakat Sunda, khususnya yang berada di Kampung Adat. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman mengenai tradisi yang diwariskan secara turun-temurun di masyarakat adat. Penjelasan akan difokuskan pada Kasepuhan Ciptagelar.
Kasepuhan Ciptagelar [1:33]
Kasepuhan Ciptagelar adalah masyarakat adat yang terletak di sekitar Gunung Salak dan Gunung Halimun. Istilah "Kasepuhan" merujuk pada orang yang dituakan secara fisik dan dihormati. Secara administratif, wilayah Kasepuhan Ciptagelar berada di tiga kabupaten di Jawa Barat dan Banten. Sejak tahun 1758, kepemimpinan di Kasepuhan Ciptagelar telah mengalami beberapa kali perubahan secara turun-temurun. Pusat pemerintahan sering berpindah tempat berdasarkan wangsit yang diterima. Saat ini, Kasepuhan Ciptagelar berlokasi di Dusun Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Desa ini merupakan bagian dari persatuan adat Banten Kidul yang terdiri dari sekitar 500 desa. Selain Ciptagelar, terdapat juga Kasepuhan lain seperti Cisungsang, Cisitu, dan lain-lain, yang memiliki cerita sejarah serupa. Kasepuhan Ciptagelar dikenal karena kuat dalam memegang tradisi, terutama yang berkaitan dengan budaya pertanian.
Upacara Adat dalam Tatanen Pare [3:17]
Terdapat lima upacara utama dalam tradisi Kasepuhan Ciptagelar yang berkaitan dengan tatanen Pare (pertanian padi). Pertama, upacara masuk, yaitu tradisi tahunan yang menandai dimulainya siklus hidup warga Kasepuhan dengan membuka lahan pertanian. Proses ini meliputi redi huma (olahan garing) dan penggunaan tanur (tempat membakar). Upacara ini menandai awal dari kehidupan pertanian Kasepuhan. Kedua, upacara mipit, yaitu upacara panen padi. Pada tradisi ini, Kasepuhan Ciptagelar memiliki tiga tahapan: prosesi mabai (menandai padi yang akan dipetik), prosesi mipit (memetik padi), dan prosesi dibuat (panen seluruh padi). Padi yang dipanen kemudian diikat, digantung, dan disimpan di lumbung. Ketiga, upacara nganyaran, yaitu tradisi mencicipi hasil panen padi yang baru. Prosesi ini dimulai dengan memasak nasi dari beras baru dan dimakan bersama oleh Abah, Jumaah, para sesepuh, dan warga kampung.
Upacara Serah Ponggokan dan Seren Taun [5:52]
Keempat, upacara serah ponggokan, yaitu prosesi penyerahan jiwa atau ponggok. Ini adalah wujud bakti anak kepada orang tua, yang menandakan siklus kehidupan tahunan. Rangkaiannya meliputi penyerahan jiwa manusia, hewan, kendaraan, dan lain-lain. Kelima, upacara Seren Taun, yaitu waktu untuk menyerahkan siklus hidup setahun penuh. Ini adalah wujud syukur atas hasil panen yang diungkapkan dalam bentuk selamatan. Rangkaian Seren Taun meliputi pertunjukan kesenian tradisional, pertemuan seluruh warga Kasepuhan, dan selamatan sebagai penutup tahun. Upacara ini juga menjadi waktu untuk mempersiapkan siklus pertanian yang akan datang.
Penutup [8:41]
Video ini memberikan penjelasan mengenai tradisi Sunda yang ada di masyarakat Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar. Diharapkan penonton dapat mencari informasi lebih lanjut mengenai istilah-istilah yang belum dipahami. Tersedia ruang diskusi untuk membahas lebih lanjut mengenai tradisi masyarakat Sunda di Kasepuhan Ciptagelar.