Ringkasan Singkat
Video ini adalah ringkasan dari pertunjukan wayang kulit yang diselenggarakan oleh Jelas GoYang, menampilkan Niken Salindri, Jitik Jutuk, dan Ki Bayu Aji. Pertunjukan ini didukung oleh sinden-sinden dari Abdi Solo dan bertujuan untuk menghibur penonton sepanjang malam. Cerita wayang kulit ini mengisahkan tentang sirnanya angkara murka, dengan pesan moral bahwa perbuatan keji akan mendapatkan balasan yang tragis.
- Pertunjukan wayang kulit dengan bintang tamu Niken Salindri dan Jitik Jutuk.
- Kisah tentang sirnanya angkara murka dan pesan moral tentang keadilan.
- Didukung oleh sinden-sinden dari Abdi Solo.
Pembukaan [0:00]
Acara dimulai dengan pengantar dari Jelas GoYang, yang menyajikan pertunjukan wayang kulit dari Desa Nuok, Mititar IMPP, Bayu Aji. Pertunjukan ini menampilkan Niken Salindri dan lawak dari Jitik Jutuk, didukung oleh Ki Bayu Aji dan sinden-sinden istimewa dari Abdi Solo. Tujuan dari acara ini adalah untuk menghibur penonton sepanjang malam dan disiarkan langsung di channel YouTube Jelas GoYang.
Adegan Kluntung Waluh dan Jung Kasihan [2:19]
Kluntung Waluh dan Jung Kasihan muncul, memperkenalkan diri dan menceritakan asal-usul mereka. Mereka mencari Rama Pekun dan menjelaskan bagaimana mereka diberi makan kayu gapuk dan watu padas, yang membuat mereka merasa tidak nyaman sampai akhirnya mereka memakan legen dari orang yang sedang deres. Mereka juga menyebutkan tentang wejangan dari pekulun Bathara guru tentang sipating manungsa dan berbagai untang-anting serta uger-uger.
Wejangan dan Pengayam-Ayam [6:02]
Kluntung Waluh dan Jung Kasihan memberikan wejangan tentang pengayam-ayam, yaitu larangan-larangan yang jika dilanggar akan membawa akibat buruk. Larangan-larangan ini mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti membangun rumah, tata letak rumah, dan perilaku sehari-hari. Ada total 70 larangan yang disebutkan, mulai dari hal-hal yang berkaitan dengan konstruksi rumah hingga perilaku pribadi.
Ruatan dan Jaka Jatusmati [19:34]
Adegan beralih ke prosesi ruatan, di mana anak tunggal wajib mandi di sendang untuk menyangga atau mencari orang pintar yang bisa membaca catatan, yaitu dalang pangruatan. Jaka Jatusmati muncul dan menjelaskan bahwa dia adalah anak yang tidak memiliki saudara, sehingga dia harus diruwat. Dalang kemudian memberikan dawuh kepada Jaka Jatusmati untuk menjadi dalang kangruan dan mengurangi mangsan betala kala.
Dialog Dalang dan Jaka Jatusmati [25:25]
Dalang dan Jaka Jatusmati berdialog tentang wujud dan nama dalang sejati. Dalang kemudian memberikan tetenger panjak lega ganden dan ancer-ancer kepada Jaka Jatusmati. Utusan kemudian mencari dalang karena yang memiliki pamukah saged at kalian ingkang garwa menawi dipun tanggapaken ringgih.
Persiapan dan Sastra Japa [29:55]
Dalang melakukan persiapan dan mengucapkan sastra japa, memohon kepada Batara Manikmaya untuk melindungi dari berkara kala. Jaka Jatusmati kemudian meminta maaf dan menjelaskan bahwa dia adalah bung kula. Dalang kemudian bertanya apakah Jaka Jatusmati bisa mengobati dirinya, dan Jaka Jatusmati menyanggupi. Dalang juga berjanji untuk memenuhi permintaan para warga di Kabupaten Blitar.
Pertarungan dan Sastra Pengobatan [33:23]
Jaka Jatusmati mencari gulonku dan menantang siapa pun yang berani menghalangi jalannya. Pertarungan terjadi, dan Jaka Jatusmati bertanya kepada lawannya tentang kelahirannya. Dalang kemudian membacakan sastra yang ada di sak randanging awakmu, Astajati sasta balik lan sakituring, dan melakukan pangruwatan untuk sedulur-sedulur ing sedayu kene. Dalang juga memberikan pitungkasu marang ibu-ibu ingkang lagi hanggarbeni dan kadang-kadang ibu-ibu remaja ingkang lagi ana tamu.
Sastra Ruwatan dan Pembersihan [38:29]
Dalang melanjutkan dengan sastra ruwatan, membersihkan dan menyucikan berbagai bagian tubuh Jaka Jatusmati. Sastra ini mencakup berbagai aspek, mulai dari rambut hingga kaki, dan memohon kepada berbagai dewa untuk melindungi dan menyembuhkan. Dalang juga menyebutkan berbagai lara dan penyakit yang bisa menyerang manusia, serta cara untuk menghindarinya.
Sastra Pembebasan dan Penutup [47:19]
Dalang melanjutkan dengan sastra pembebasan, memohon kepada berbagai dewa untuk membebaskan Jaka Jatusmati dari segala pengaruh buruk. Sastra ini mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari kelahiran hingga kematian, dan memohon kepada berbagai dewa untuk memberikan perlindungan dan keselamatan. Dalang juga menyebutkan berbagai pantangan dan larangan yang harus dihindari agar terhindar dari malapetaka.
Dialog Akhir dan Permohonan Maaf [1:17:48]
Dalang dan Jaka Jatusmati berdialog tentang layang panguasan dan wong-atu ning masya pad. Jaka Jatusmati kemudian meminta pamit dan menutup golek pangan. Dalang kemudian memberikan sajeneng karo debok dan meminta maaf atas segala kekurangan. Dalang juga berharap ruatan ini bisa menghilangkan durga mendak para sir dan memberikan bagya mulya ayemrem lair batos.
Penutup dan Harapan [1:21:19]
Dalang menutup acara dengan harapan agar ruatan ini bisa membawa ayem tenton dan kesembuhan bagi yang sakit, kelancaran bagi yang bekerja, dan kenaikan pangkat bagi pegawai negeri. Dalang juga berharap agar masyarakat selalu subah gemah ripahi bebasan kados dene picis udan.
Sambutan dan Ucapan Terima Kasih [1:29:41]
MC menyampaikan selamat datang kepada tamu undangan dan masyarakat Desa Dayu. Acara ini merupakan persembahan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, DPRD Provinsi Jawa Timur, dan pemerintah Desa Dayu. Kepala Desa Dayu, Bapak Nur Rifai, menyampaikan sambutan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung acara ini.
Sambutan Kepala Dinas dan DPRD [1:49:30]
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, yang diwakili oleh Bapak Dwi Supranto, menyampaikan sambutan tentang pentingnya melestarikan budaya dan mengembangkan potensi budaya menjadi sebuah event untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Wakil Ketua 2 Komisi E DPRD Provinsi Jawa Timur, Bapak Ji Irawan, menyampaikan sambutan tentang pentingnya seni untuk mendinginkan suasana setelah politik yang panas.
Sambutan Bupati Blitar dan Penyerahan Simbolis [2:06:32]
Bupati Blitar, Bapak Dr. H. Rianto, menyampaikan sambutan tentang sejarah panjang Desa Dayu dan pentingnya menjaga kerukunan. Beliau juga mengapresiasi dukungan dari DPRD Provinsi Jawa Timur dan partisipasi masyarakat dalam acara ini. Acara dilanjutkan dengan penyerahan simbolis kepada Ki Bayu Aji.
Sinopsis dan Adegan Perang [2:18:57]
MC membacakan sinopsis tentang sirnane angkara murka, yang mengisahkan tentang perbuatan keji yang akan mendapatkan balasan tragis. Adegan perang dimulai, menampilkan pertempuran antara wanara dan wadya bala yaksa. Kumbakarna muncul dan menyatakan bahwa dia tidak ingin membuat tatu atau larane wadya bala pancawati, dan ingin bertemu dengan Prabu Rama untuk mencari solusi damai.
Dialog Kumbakarna dan Gunawan [2:36:21]
Kumbakarna dan Gunawan berdialog tentang alasan Kumbakarna maju ke medan perang. Kumbakarna menjelaskan bahwa dia tidak ingin campuh perang dan tidak ingin ngudi marang patine Prabu Rama. Gunawan mengingatkan Kumbakarna bahwa para wanara sudah niteni sauger wonten yaksa ingkang majeng menika dados klilipun sinuwun Prabu Rama. Kumbakarna tetap bersikeras ingin bertemu Prabu Rama untuk mencari jalan damai.
Kematian Kumbakarna [2:41:17]
Kumbakarna berusaha menemui Prabu Rama, namun dihalangi oleh Narpati Sugriwa dan Raden Lesmana. Setelah pertempuran sengit, Raden Lesmana melepaskan jemparing yang memotong asta kanan kiring dan suku kanan kiring Kumbakarna. Meskipun demikian, Kumbakarna tetap berusaha menemui Prabu Rama. Akhirnya, Prabu Rama melepaskan pusaka Kyai gawa wijaya yang memenggal kepala Kumbakarna.
Ratapan dan Sastra Penutup [2:52:51]
Gunawan meratapi kematian Kumbakarna, namun Prabu Rama menjelaskan bahwa dia tidak duwe rasa geting mburu sengit kelawan kadangira kumba karna. Prabu Rama kemudian mengucapkan sastra penutup, memohon agar swasana tentrem dat hangesti wonten pit iku luhur dan sirna kang ngemala mahanane jagad tentrem.
Kutukan Rahwana dan Dialog Togok Teja [3:01:06]
Rahwana meratapi kematian Kumbakarna dan mengutuk Rama Wijaya. Togok Teja kemudian menghadap Rahwana dan menanyakan mengapa Rahwana tampak nawung sungkawa. Rahwana menjelaskan bahwa dia merasa Gusti sing nyipta jagad kuwi ora adil karena wadya balaku para buta saka negara Ngalengka mungsuh bedes balane rama kthek monyet, teka wis akeh wadya bala Ngalengka sing wis padha mati.
Nasihat Togok Teja dan Kemarahan Rahwana [3:09:33]
Togok Teja menasihati Rahwana untuk mertobat dan mengembalikan Dewi Sinita dhateng Prabu Rama. Rahwana marah dan menolak nasihat Togok Teja, menyatakan bahwa dia tidak akan ngendakake sing dadi kekarepanku nganti kukuting jagad ora bakal aku masraake Sinta marang rama Wijaya.
Indrajit Menghadap Rahwana [3:13:48]
Indrajit menghadap Rahwana dan melaporkan bahwa Paman Kumbarna gugur ing madyaning rananggana. Rahwana marah dan bersumpah akan membalas dendam kepada Rama Wijaya. Indrajit menawarkan diri untuk menjadi senopati dan ngokop ged prabu rama. Rahwana menyetujui dan memberikan restu kepada Indrajit.
Rahwana di Taman dan Perintah kepada Patih [3:24:34]
Rahwana berada di taman dan memerintahkan Patih untuk mengawasi Indrajit agar berhasil membunuh Rama. Jika Indrajit gagal, Patih akan dihukum gantung. Rahwana kemudian bertemu dengan Sinta dan mengungkapkan perasaannya.
Niken Salindri Menyanyi [3:29:54]
Niken Salindri menyanyikan lagu Sinom Parijatha, yang merupakan lagu klasik yang sering dibawakan dalam pewayangan. Lagu ini diiringi oleh gamelan dan suling, menciptakan suasana yang syahdu dan khidmat.
Makna Bersih Desa dan Pesan Moral [3:35:34]
Dalang menjelaskan makna dari upacara bersih desa, yang memiliki tiga manfaat utama: ngresiki marang desane, mupuk rasa persatuan dan kesatuan, dan tansah nengke marang talining silaturahim. Dalang juga mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan jiwa dan raga, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Lawakan Klitik dan Klutuk [3:46:34]
Klitik dan Klutuk tampil menghibur penonton dengan lawakan khas mereka. Mereka membahas tentang sinergitas antara pemerintah provinsi Jawa Timur dan DPRD Provinsi Jawa Timur dalam melestarikan budaya, serta pentingnya tanggung jawab dan persatuan dalam masyarakat. Mereka juga membahas tentang pejabat yang merakyat dan pentingnya menjaga kondusifitas dalam masyarakat.
Perdebatan tentang Pria dan Wanita [3:55:41]
Klitik dan Klutuk terlibat dalam perdebatan lucu tentang peran pria dan wanita dalam kehidupan. Mereka membahas tentang siapa yang lebih rekasa, siapa yang lebih penting, dan siapa yang lebih berjasa dalam keluarga dan masyarakat. Perdebatan ini diwarnai dengan guyonan dan sindiran yang menghibur penonton.
Niken Salindri Menyanyi (Lanjutan) [4:27:24]
Niken Salindri kembali menyanyikan lagu, kali ini diiringi oleh Klitik dan Klutuk. Lagu ini menciptakan suasana yang meriah dan menghibur penonton.
Kumbokarno Gugur [4:35:25]
Klitik dan Klutuk melanjutkan lawakan mereka, membahas tentang berbagai hal, mulai dari pepincaning gamelan hingga karakter para waranggana. Mereka juga membahas tentang pentingnya menjaga tradisi dan budaya Jawa.
Pertempuran Trikaya dan Wanara [4:59:33]
Trikaya muncul di medan perang dan menantang para wanara. Pertempuran sengit terjadi, dan Trikaya berhasil membuat banyak wanara terluka dengan pengabaran angin mawa racun.
Strategi Anggada dan Kematian Trikaya [5:06:24]
Anggada memerintahkan para wanara untuk kudung roning pisan agar terhindar dari angin racun Trikaya. Trikaya kemudian mengeluarkan pengabaran geni, namun Anggada berhasil membalikkan serangan tersebut dengan kaca pengilon, sehingga Trikaya terbakar dan mati.
Kematian Trinetra dan Trisirah [5:16:13]
Trinetra muncul dan mengeluarkan pengabaran geni, namun Anggada berhasil memadamkan api tersebut dengan bantuan wanara putri yang membawa kaca pengilon. Trisirah kemudian muncul dan menyerang, namun berhasil dikalahkan oleh Anoman.
Indrajit di Pakuwon [5:20:30]
Indrajit menyusup ke pakuwon dan menyerang para wanara yang sedang tidur. Banyak wanara dan Raden Lesmana yang menjadi korban serangan Indrajit.
Rama Mencari Solusi [5:38:50]
Prabu Rama sedih melihat para wanara dan Raden Lesmana menjadi korban serangan Indrajit. Beliau kemudian bersemedi untuk mencari solusi.
Petunjuk dari Jawata [5:45:05]
Dalam semedinya, Prabu Rama mendapatkan petunjuk dari jawata untuk mencari ron lata maosadi yang wujude kaya bathok bulus mapan ana gunung Mahendra. Prabu Rama kemudian memerintahkan Anoman untuk mencari ron lata maosadi tersebut.
Anoman Membawa Gunung Mahendra [7:37:38]
Anoman berhasil menemukan ron lata maosadi, namun karena lupa, dia membawa seluruh gunung Mahendra. Prabu Rama kemudian mengambil ron lata maosadi dan menyipataken dhateng sedaya para wanara pana kanwah Raden Lesksmana Murbaka.
Pertemuan Gunawan dan Indrajit [7:40:09]
Gunawan bertemu dengan Indrajit dan berusaha menasihatinya untuk tidak meneruskan peperangan. Indrajit menolak nasihat Gunawan dan menyerangnya. Gunawan kemudian menjelaskan asal-usul Indrajit dan Dewi Sinta, serta meminta Indrajit untuk lilakna rasamu ora perlu melu-melu perkara iki.
Indrajit Kembali ke Asalnya [7:44:39]
Gunawan kemudian mengucapkan sastra dan Indrajit kembali ke asal kamulaniraung, wujud dadiya mega manjing wonten diima.
Rahwana Marah dan Bersiap ke Medan Perang [7:45:30]
Rahwana marah mendengar kematian Indrajit dan bersiap untuk turun ke medan perang. Beliau berpamitan kepada Sinta sebelum berangkat.
Adegan di Pesawahan [7:47:53]
Adegan menampilkan suasana di pesawahan, dengan para petani yang sedang bekerja. Adegan ini diselingi dengan lagu-lagu dan guyonan.
Penjelasan Semar dan Penutup [8:00:02]
Semar menjelaskan makna dari gamelan dan wayang sebagai sarana syiar agama. Beliau juga mengingatkan pentingnya menjaga kerukunan dan melestarikan budaya. Acara ditutup dengan permohonan maaf dan harapan agar semua selalu manggih rahayu wilujeng tinebihna ing durga sengkala cinaketna ing bagya mulya.
Penutup dan Ucapan Terima Kasih (Lanjutan) [8:02:51]
Dalang mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung acara ini. Beliau juga memohon maaf atas segala kekurangan dan berharap agar semua tetap sehat dan tetap tancep kayon.
Pertempuran Terakhir dan Kematian Rahwana [8:03:55]
Rahwana muncul di medan perang dan menyerang dengan dahsyat. Prabu Rama kemudian melepaskan Kyai gawa wijaya yang memenggal kepala Rahwana. Meskipun demikian, rahipun sang rahwana temempel wonten ing bantala satemah saged gesang malih hamantram triwikara wujud sirah sedasa. Akhirnya, Prabu Rama melepaskan Kyai gawa wijaya yang memenggal semua kepala Rahwana dan menimpanya dengan gunung Wuran, sehingga angkara murka sirna dari jagad.