KEHILANGAN JATI DIRI Di Usia Muda? Gini Cara RESET DIRI Dari 0! | SUARA BERKELAS #26

KEHILANGAN JATI DIRI Di Usia Muda? Gini Cara RESET DIRI Dari 0! | SUARA BERKELAS #26

Ringkasan Singkat

Podcast ini membahas tentang perasaan hilang jati diri, kecemasan, people-pleaser, dan cara menyeimbangkan hidup di usia 20-an. Mas Nago, seorang psikolog dan penulis buku laris, memberikan perspektifnya tentang bagaimana menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

  • Pentingnya menemukan tujuan hidup dan mimpi untuk membangkitkan semangat.
  • Kecemasan muncul karena kita berusaha melihat masa depan dan potensi diri.
  • People-pleaser muncul karena takut tidak diterima oleh orang lain.
  • Usia 20-an adalah waktu yang tepat untuk mengambil risiko dan belajar dari kegagalan.

Pendahuluan [0:00]

Podcast Suara Berkelas kali ini menghadirkan Mas Nago, seorang psikolog dan penulis buku laris, untuk membahas tentang perasaan malas, hilang jati diri, dan bagaimana cara kembali semangat menjalani hidup seperti saat masih sekolah. Banyak pendengar yang curhat tentang kesulitan bangun pagi dan merasa berat untuk bekerja.

Penyebab Kehilangan Semangat dan Jati Diri [1:45]

Mas Nago menjelaskan bahwa fase kehilangan semangat adalah hal yang wajar karena tantangan hidup dewasa lebih kompleks dibandingkan saat kecil. Banyak hal yang harus dipikirkan, seperti pekerjaan, cicilan, keluarga, dan masalah psikologis. Untuk kembali semangat, penting untuk menemukan apa yang dicari dalam hidup, seperti tujuan atau mimpi. Jangan biarkan lingkungan mengarahkan kita seperti kayu yang hanyut, tetapi jadilah kapal yang punya arah.

Pentingnya Mimpi dan Tujuan [5:09]

Meskipun mimpi belum tentu terwujud, memiliki mimpi penting untuk membuat kita semangat bangun pagi. Langkah kecil menuju mimpi juga penting, karena setiap langkah membawa kita lebih dekat ke tujuan. Bahkan jika mimpi tidak tercapai, kita sudah berada di level yang lebih tinggi dibandingkan jika tidak pernah mencoba. Jangan hanya melihat dari pinggir lapangan, tetapi ikut bermain meskipun melakukan kesalahan.

Tanda-Tanda Kehilangan Jati Diri [9:05]

Tanda-tanda kehilangan jati diri adalah merasa hampa, tidak ada makna dalam keseharian, dan hambar terhadap hal-hal yang dulu membuat kita bersemangat. Bahkan, bisa muncul kebencian dan kekecewaan terhadap dunia. Orang yang berada di fase ini seringkali menyampaikan komentar negatif di media sosial karena merasa dunia mengecewakan.

Hubungan Antara Kehilangan Jati Diri dan Kecemasan [13:29]

Kecemasan muncul ketika kita berusaha melihat masa depan dan potensi diri. Kecemasan hadir untuk mempersiapkan kita sebaik mungkin agar bisa mencapai potensi penuh. Penting untuk mengeksplorasi dan memproses semua jenis perasaan yang muncul dalam diri kita, termasuk perasaan tidak nyaman seperti malu. Jangan hanya memberi ruang untuk kebahagiaan, tetapi juga untuk kesedihan dan kemarahan.

Mengatasi Perasaan Malu dan Self-Doubt [19:38]

Perasaan malu seringkali muncul karena kita lebih menghargai penilaian orang lain terhadap diri kita dibandingkan bagaimana kita menilai diri sendiri. Penting untuk tetap menilai diri sendiri secara positif dan realistis, dan tidak kalah dengan penilaian orang lain. Terhubung dengan diri sendiri dan percaya pada penilaian diri sendiri lebih penting daripada penilaian orang lain.

Mengatasi Perasaan People-Pleaser [21:41]

Perasaan people-pleaser muncul karena kita takut orang lain menganggap kita negatif jika tidak memenuhi ekspektasi mereka. Fokus utama people-pleaser adalah bagaimana kita ingin memenuhi kebutuhan untuk diterima oleh masyarakat, bukan tentang kebahagiaan orang lain. Budaya kolektif di Asia juga mempengaruhi perasaan ini. Penting untuk belajar individualisme dan menyeimbangkan kepentingan bersama dengan kepentingan diri sendiri.

Self-Love vs Egois [26:29]

Setiap kali kita melakukan hal yang baik untuk diri sendiri, kita sering merasa bersalah karena dianggap egois. Padahal, self-love berbeda dengan egois. Egois adalah mementingkan diri sendiri dan merendahkan orang lain, sedangkan self-love adalah mengangkat diri sendiri dan memprioritaskan diri sendiri, tetapi orang lain juga sama pentingnya. Perlakukan diri kita sebaik kita memperlakukan orang lain.

Menyeimbangkan Hidup dan Prioritas [28:27]

Dalam menyeimbangkan hidup, kita perlu membuat banyak kompromi. Prioritas utama Mas Nago adalah menjalankan profesinya sebagai psikolog dan menulis buku. Selain itu, ia juga memprioritaskan keluarga (istri dan anak) dan keluarga besar (orang tua). Ia mengalokasikan waktu untuk setiap prioritas tersebut dalam 24 jam sehari. Meskipun tidak semua orang memiliki keleluasaan untuk mengelola waktu, penting untuk berusaha mencobanya.

Menghadapi Fitnah dan Kemarahan [33:14]

Jika difitnah oleh teman, penting untuk menyebarkan kebenaran tentang diri kita. Jangan biarkan orang yang salah bebas marah, tetapi kita yang tahu diri kita benar juga harus marah. Validasi perasaan marah dan latih diri untuk marah dengan cara yang positif, yaitu untuk memperjuangkan dan mempertahankan diri. Marah tidak harus dengan melempar barang, tetapi bisa dengan tegas menaruh batasan.

Menemukan Jati Diri di Tengah Gempuran Media Sosial [36:51]

Di era media sosial, banyak orang menampilkan diri yang ideal, tetapi lama-kelamaan keasliannya terkuak. Lebih baik dari awal menunjukkan diri yang real dan autentik, baru pelan-pelan menjadi diri yang ideal tanpa harus dibungkus macam-macam yang berlebihan. Tunjukkan diri kita yang asli dan working on it di depan publik. Orang-orang suka mengikuti journey orang lain, terutama journey yang relatable.

Mengatasi Perasaan Oversharing [43:09]

Oversharing terjadi karena banyak hal di dalam diri yang ingin diceritakan. Tidak semua orang punya akses yang tepat untuk bisa menceritakan itu. Jika teman atau keluarga tidak bisa dipercaya, kita cenderung oversharing kepada orang asing. Solusinya adalah dengan konseling ke psikolog, karena psikolog bisa menjadi tempat yang aman untuk memproses semua internal struggle dalam diri kita.

Nasihat Terbaik untuk Anak Muda Usia 20-an [45:51]

Di usia 20-an, kita masih punya kemewahan untuk gagal di hal-hal besar. Kita masih punya energi, waktu, dan kemampuan untuk mengambil risiko sebesar itu. Ketika kita tidak punya apa-apa, kita tidak punya apa-apa untuk hilang. Ambil risiko, beli pengalaman, dan jangan hanya membeli pengakuan.

Watch the Video

Date: 7/18/2025 Source: www.youtube.com
Share

Stay Informed with Quality Articles

Discover curated summaries and insights from across the web. Save time while staying informed.

© 2024 BriefRead