Ringkasan Singkat
Video ini membahas tentang pentingnya seorang pemimpin bisnis atau birokrat untuk memiliki kemampuan "merusak" (destruction) atau mendisrupsi sistem yang sudah ada demi inovasi dan kemajuan. Diperkenalkan konsep Chief Destruction Officer (CDO) dan disruptif birokrat, yang berani mengubah aturan dan norma yang tidak relevan demi mencapai hasil yang lebih baik. Contoh-contoh seperti Steve Jobs, Ignatius Jonan, dan KDM (Kang Dedi Mulyadi) digunakan untuk mengilustrasikan bagaimana perusakan yang konstruktif dapat membawa perubahan positif.
- Pentingnya "destruction" dalam bisnis dan birokrasi untuk inovasi.
- Konsep Chief Destruction Officer (CDO) dan disruptif birokrat.
- Contoh pemimpin yang sukses melakukan perusakan konstruktif.
Camat Palihapitia dan Rumus Psikologi Sosial [0:03]
Camat Palihapitia, seorang pengusaha yang dikenal dengan julukan "Charlie Foxrot Devil entrepreneur," menemukan rumus psikologi sosial tentang keinginan manusia untuk eksis dan terkoneksi. Rumus ini mendisrupsi tatanan media sosial yang ada. Idenya ini membuat Mark Zuckerberg bersedia merombak Facebook pada tahun 2008, yang menyebabkan peningkatan pengguna dari 50 juta menjadi 750 juta dalam setahun. Camat membongkar Facebook menjadi seperti yang kita kenal sekarang. Saat ini, Camat menjadi seorang venture kapitalis besar di Silicon Valley.
Destruction Sebagai Tugas Utama Pemimpin Bisnis [1:02]
Tugas utama seorang pemimpin bisnis adalah melakukan perusakan (destruction) sebelum pesaing melakukannya. Pemimpin bisnis tidak hanya harus piawai membangun bisnis, tetapi juga merusaknya. Steve Jobs merusak Apple dari Apple 1.0 menjadi Apple 2.0 yang sukses dengan iPod, iPhone, dan App Store. Ignatius Jonan merusak KAI 1.0 menjadi KAI 2.0 yang lebih gesit. Perusahaan seperti Kodak, Nokia, dan Sony mengalami kemunduran karena tidak memiliki CEO yang mampu merusak model bisnis yang tidak relevan.
Chief Destruction Officer (CDO): Sosok yang Diburu [1:56]
Chief Destruction Officer (CDO) adalah sosok yang paling dicari oleh perusahaan-perusahaan saat ini. CDO bertugas menghancurkan perusahaan, yang mungkin terdengar aneh. Landscape bisnis bergerak dengan cepat dan chaotik. Layanan surat pos mati karena email dan WhatsApp, Kodak dihabisi oleh Instagram dan TikTok, dan toko kaset dibunuh oleh iPod dan Spotify. Untuk bertahan, kunci terletak pada penghancuran sendi-sendi kesuksesan masa lalu yang tidak relevan.
Disruptif Birokrat: Mengubah dari Dalam [3:43]
Indonesia membutuhkan birokrat yang destruktif dan disruptif. Dalam birokrasi yang kaku dan lamban, sosok disruptif sangat diperlukan untuk mengubah aturan dari dalam dan memaksa sistem menyesuaikan diri dengan kebutuhan rakyat. KDM (Kang Dedi Mulyadi) adalah contoh birokrat seperti ini. Disruptif birokrat menggabungkan stabilitas birokrasi dengan inovasi radikal. Mereka melakukan pembaharuan radikal terhadap sistem kerja birokrasi melalui pendekatan personal, reformasi struktural, dan pemanfaatan teknologi. Pejabat pusat harus tidak puas dengan rutinitas, menolak aturan yang tidak relevan, dan mengintervensi langsung ke lapangan, meskipun berbenturan dengan norma institusional. Mereka juga harus siap menghadapi serangan musuh politik karena mengguncang kenyamanan status quo.