Ringkasan Singkat
Video ini membahas serangkaian peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 Agustus 2025, yang melibatkan dugaan provokasi dan kerusuhan yang melibatkan berbagai pihak, termasuk oknum TNI, polisi, dan warga sipil. Video ini juga membahas tentang adanya upaya untuk memaksakan darurat militer dan perdebatan di antara para pejabat terkait hal tersebut. Guru Gembul mengajak penonton untuk menunda kesimpulan dan menganalisis lebih dalam mengenai pihak-pihak yang terlibat dan kepentingan mereka masing-masing.
- Dugaan keterlibatan oknum TNI dan polisi dalam provokasi dan kerusuhan.
- Adanya upaya untuk memaksakan darurat militer dan perdebatan di antara para pejabat.
- Identifikasi tujuh kelompok yang terlibat dengan kepentingan yang berbeda-beda.
- Pemetaan lima lapis struktur yang terlibat dalam kerusuhan, mulai dari perencana hingga pelaksana.
Pembentukan Grup WA Provokatif dan Pencarian "Pak Kopral" [0:01]
Pada tanggal 30 Agustus 2025, sebuah grup WA beranggotakan 1000 orang dibentuk di Kendal dengan tujuan mengajak anggotanya melakukan tindakan kekerasan dan pengrusakan terhadap fasilitas DPRD. Anggota grup ini direkrut dari kalangan remaja berusia 13-17 tahun. Orang yang diduga membentuk grup ini adalah "Pak Kopral," Kepala Angkatan Laut Suratmin berusia 48 tahun. Polisi menyelidiki dan menemukan bahwa orang tersebut telah membuat tiga grup WA serupa di Kendal, Pati, dan Jakarta, semuanya bertujuan untuk melakukan pengerusakan fasilitas pemerintahan. Namun, ketika polisi mendatangi alamat yang terlacak dari nomor handphone, mereka tidak menemukan orang bernama Suratmin, menimbulkan dua kemungkinan: Suratmin memang ada dan lihai dalam bersembunyi, atau TNI Angkatan Laut difitnah.
Penangkapan Intel TNI dan Pengakuan Warga Sipil [2:16]
Pada tanggal yang sama, dua orang intel TNI ditangkap oleh Brimob. Satu orang membawa modem, dan yang lainnya diduga berupaya membakar fasilitas kepolisian. Kedua intel tersebut mengaku bertugas memetakan situasi, bukan memprovokasi. Kejanggalan muncul karena polisi mempublikasikan penangkapan tersebut beserta KTA mereka, padahal biasanya ada koordinasi jika memang benar intel yang sedang bertugas. Selain itu, seorang warga sipil bernama Mugianto ditangkap karena melakukan pengerusakan fasilitas umum. Ia mengaku disuruh oleh Bayu, yang ternyata adalah putra seorang perwira TNI bernama Peltu Purwanto. Namun, ada kemungkinan Mugianto berbohong untuk melindungi pihak yang sebenarnya menyuruhnya.
Keterlibatan Istri Perwira TNI dan Upaya Pemaksaan Darurat Militer [5:03]
Seorang wanita bernama Ibu Setiawati diduga mengumpulkan demonstran dan membayar mereka untuk melakukan pengerusakan. Awalnya, ia disebut sebagai istri seorang perwira TNI, tetapi kemudian informasi ini dibantah dan ia disebut sebagai janda yang berdagang. Bersamaan dengan kejadian-kejadian ini, Menhan Syafri Syamsudin memaksa Prabowo Subianto untuk memberlakukan darurat militer dan meminta Kapolri Listio Sigit untuk mengundurkan diri. Upaya ini ditahan oleh Sufmi Dasco, yang berpendapat bahwa darurat militer akan memperburuk situasi dan mendelegitimasi pemerintahan Prabowo. Berita tentang perdebatan ini hanya ditemukan di media Tempo, menimbulkan pertanyaan tentang kebenaran informasi dan kemungkinan adanya agenda tersembunyi.
Peran Ojol dan Identifikasi Tujuh Elemen yang Terlibat [8:48]
Diskusi dengan berbagai pihak, termasuk tentara, buzzer pemerintah, dan buzzer oposisi, tidak memberikan kejelasan mengenai siapa yang mendorong kerusuhan. Informasi dari mamang ojol di Jakarta mengungkapkan bahwa mereka pernah melihat sekelompok remaja dari Tangerang membawa molotov saat demonstrasi. Ojol juga berperan dalam menyelamatkan demonstran yang terluka. Guru Gembul menegaskan bahwa demonstrasi murni terpisah dari para perusuh yang jelas terorganisir dan didanai. Ia mengidentifikasi tujuh elemen yang terlibat: demonstran asli, pembenci pemerintah, penjahat (mafia, koruptor, oligarki), ideolog, politisi, TNI dan Polri, serta preman dan kaum marginal.
Pemetaan Lima Lapis Struktur Kerusuhan [16:13]
Guru Gembul memetakan struktur kerusuhan menjadi lima lapis: perencana demo (kelompok yang baik hati, aktivis, ormas), perencana kerusuhan (elit pejabat, perwira, oligarki, mafia, koruptor), donatur (mafia, oligarki, pemain dari luar, koruptor, pejabat publik nakal), pembantu kerusuhan (penyebar ajakan di media sosial), dan pelaksana (polisi, TNI, kelompok marah dan putus asa, kelompok profesional). Ia menekankan bahwa situasi ini adalah "fog of war" di mana kebenaran sulit ditemukan. Guru Gembul mengajak penonton untuk tetap tenang dan fokus pada tujuan membersihkan Indonesia dari koruptor dan orang-orang yang menyalahgunakan jabatan, serta tidak mudah terprovokasi.