Ringkasan Singkat
Video ini membahas tujuh film live-action adaptasi video game yang dianggap terburuk. Film-film ini dikritik karena berbagai alasan, termasuk penyimpangan dari materi sumber, akting yang buruk, efek khusus yang kurang memuaskan, dan alur cerita yang membosankan.
- Adaptasi yang buruk dari materi sumber
- Akting dan dialog yang kaku
- Efek khusus yang kurang memuaskan
- Alur cerita yang membosankan
Super Mario Bros. the Movie [1:07]
Film ini, meskipun menampilkan aktor kawakan, sangat berbeda dari materi aslinya. Alih-alih komedi keluarga yang ringan, film ini menyajikan imajinasi ulang yang melibatkan meteoroid yang memisahkan dunia menjadi dua alam semesta paralel. Dunia para Koopa tidak sesuai dengan ekspektasi penggemar, dan kisah cinta yang ditampilkan bukanlah antara Mario dan Putri Peach. Meskipun mendapat kritikan pedas, film ini tetap dapat dinikmati sebagai komedi ringan jika tidak terlalu terpaku pada kesetiaan terhadap game.
Street Fighter [2:50]
Adaptasi Street Fighter ini menampilkan banyak karakter klasik, tetapi alih-alih berfokus pada pertarungan jalanan, film ini berkisah tentang kudeta di sebuah negara di Asia. William Guile dan pasukannya harus membebaskan negara tersebut dari Jenderal M. Bison yang kejam. Pertarungan jalanan ala Street Fighter hanya menjadi tempelan di awal film. Meskipun menyuguhkan komedi yang menghibur, film ini lebih terasa seperti film perang Vietnam dengan judul Street Fighter. Beberapa situs web memasukkannya ke dalam daftar adaptasi video game terburuk, meskipun tetap digemari oleh sebagian penggemar awal Street Fighter.
Mortal Kombat [4:33]
Film Mortal Kombat ini diproduksi pada tahun 1995 dan mengambil lokasi syuting di Thailand. Film ini mengisahkan turnamen bela diri antara petarung dengan kemampuan dan kesaktian masing-masing. Karakter-karakter klasik seperti Liu Kang, Sonya Blade, Johnny Cage, Sub-Zero, Scorpion, dan Kitana muncul dalam film ini. Namun, dialog dan akting dalam film ini sangat kaku dan menggelikan, meskipun dalam adegan serius. Satu-satunya yang bisa dinikmati adalah adegan pertarungannya, meskipun efek khususnya biasa saja. Meskipun demikian, Mortal Kombat sukses di box office dan menghasilkan sekuel dan serial TV.
Double Dragon [6:23]
Film Double Dragon ini bercerita tentang dua saudara angkat, Jimmy dan Billy, yang harus melawan sindikat kejahatan yang mencari pecahan medali Double Dragon. Film ini dibumbui dengan aksi dan komedi ala film keluarga 90-an. Sayangnya, naskah yang lemah, dialog yang basi, komedi yang membosankan, serta efek khusus dan pengarahan aksi yang kurang memuaskan membuat film ini menjadi salah satu adaptasi video game terburuk.
Dead or Alive [7:52]
Film Dead or Alive ini menampilkan turnamen pertarungan di sebuah pulau yang mempertemukan para petarung dari berbagai cabang bela diri. Namun, film ini terlalu banyak menampilkan sex appeal, dengan adegan bikini yang bertebaran di sepanjang film. Selain itu, film ini juga melakukan banyak kesalahan dalam penggambaran budaya, seperti kastil Ninja Kasumi yang bergaya Tiongkok. Secara keseluruhan, Dead or Alive terasa seperti cutscene video game yang diubah menjadi live action Hollywood.
Tekken [9:32]
Film Tekken ini diproduksi pada tahun 2009 setelah melalui proses perencanaan yang panjang. Sayangnya, penantian para penggemar berbuah kekecewaan. Meskipun menampilkan karakter-karakter legendaris seperti Jin Kazama, Heihachi Mishima, dan Nina Williams, penggambaran karakternya tidak dikembangkan dengan baik, cerita yang hambar, dan penulisan yang acak-acakan membuat film ini sangat membosankan. Film ini hanya menjual nama Tekken untuk menarik penggemar garis keras. Adegan pertarungannya masih bisa ditolerir karena gaya kamera dan editing yang lumayan oke.
The King of Fighters [11:04]
Film The King of Fighters ini dibuat pada tahun 2010 dan tidak banyak diketahui orang. Film ini menggunakan karakter-karakter ikonik seperti Kyo Kusanagi, Iori Yagami, dan Mai Shiranui, tetapi tidak ada satupun yang mirip dengan versi video game secara visual. Kyo Kusanagi diperankan oleh aktor kulit putih, dan Mai Shiranui tidak menggunakan kostum merah dan gaya bertarung khasnya. Turnamen King of Fighters dalam film ini adalah turnamen lintas dimensi yang dapat dimasuki melalui headset bluetooth canggih. Film ini nyaris tidak sesuai dengan materi asli video game.