YOGYAKARTA TERBELAH DUA, POLITIK ADU DOMBA INGGRIS! #sejarah #kratonjogja #pakualaman

YOGYAKARTA TERBELAH DUA, POLITIK ADU DOMBA INGGRIS! #sejarah #kratonjogja #pakualaman

Ringkasan Singkat

Video ini membahas tentang sejarah pembentukan Pura Pakualaman di Yogyakarta sebagai hasil dari dinamika politik pada masa kolonial Inggris. Poin-poin utama meliputi:

  • Perjanjian Gianti (1755) membagi Kesultanan Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta.
  • Pembentukan Pura Pakualaman pada 1813 oleh Pangeran Notokusumo (Paku Alam I) sebagai hasil dari kebijakan politik Inggris (Ravels) untuk melemahkan Kesultanan Yogyakarta.
  • Motivasi pembentukan Kadipaten Pakualaman termasuk mengurangi dominasi Sultan Yogyakarta, menghargai loyalitas Pangeran Notokusumo, meniru model Surakarta, dan memastikan stabilitas serta pengawasan Inggris.

Latar Belakang Terbentuknya Yogyakarta [0:00]

Yogyakarta terbentuk sebagai hasil dari Perjanjian Gianti pada tahun 1755, yang memecah Kesultanan Mataram menjadi dua, yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi kemudian naik takhta sebagai Sultan Hameng Kubuwono I di Yogyakarta. Peristiwa ini menjadi dasar bagi pembentukan dua pusat kekuasaan di Jawa Tengah.

Pembentukan Pura Pakualaman di Masa Kolonial Inggris [0:18]

Pada masa kolonial Inggris (1811-1816), Ravels, yang berkuasa saat itu, memecah kekuasaan Sultan HB III dan menyerahkan wilayah kepada Pangeran Notokusumo. Pangeran Notokusumo dilantik sebagai Paku Alam I pada 17 Maret 1813 dan membentuk Kadipaten Pakualaman. Hal ini terjadi karena Inggris melihat adanya ketidakstabilan di internal keraton Yogyakarta dan ingin mengurangi kekuasaan Sultan.

Kondisi Jawa pada Awal Abad ke-19 [0:37]

Pada awal abad ke-19, Jawa berada dalam masa transisi kolonial. Setelah Belanda dikalahkan oleh Prancis dan sekutunya dalam perang Napoleon, Inggris mengambil alih Jawa dari Belanda melalui Perjanjian Tuntang pada tahun 1811. Thomas Stanford Ravels menjadi Gubernur Jenderal Inggris di Jawa, dikenal karena kebijakannya yang progresif namun juga politik adu domba.

Peran Ravels dalam Melemahkan Kesultanan Yogyakarta [1:07]

Pada masa itu, Yogyakarta diperintah oleh Sultan Hameng Kubuwono III, namun pemerintahannya tidak stabil. Ravels melihat peluang untuk melemahkan Kesultanan Yogyakarta yang dianggap terlalu kuat. Ia menyerang keraton Yogyakarta pada 19 Juni 1812, dalam peristiwa yang dikenal sebagai serangan Inggris ke keraton Yogyakarta atau Geger Spei.

Pengangkatan Paku Alam I dan Pembentukan Kadipaten Pakualaman [1:50]

Setelah menundukkan Sultan Hameng Kubuwono III, Ravels menyita pusaka emas dan mengatur ulang struktur politik keraton. Ia memberikan kekuasaan kepada Pangeran Notokusumo, yang dianggap setia dan kooperatif. Pada 17 Maret 1813, Pangeran Notokusumo diangkat menjadi Paku Alam I dan diberikan wilayah sebagai bagian dari kesultanan yang terpisah, yaitu Kadipaten Pakualaman.

Alasan Pembentukan Kadipaten Pakualaman [2:16]

Alasan utama pembentukan Kadipaten Pakualaman adalah untuk mengurangi dominasi Sultan Yogyakarta, menghargai loyalitas Pangeran Notokusumo kepada Inggris, meniru model Surakarta yang telah memiliki Kadipaten Mangkunegaran, dan memastikan stabilitas serta pengawasan Inggris di wilayah Yogyakarta melalui dua pusat kekuasaan. Pembentukan Pakualaman disahkan dalam piagam formal Inggris, menjadikan Paku Alam I sebagai penguasa semi otonom yang tunduk pada kesultanan tetapi langsung dilindungi pemerintah kolonial.

Watch the Video

Date: 6/10/2025 Source: www.youtube.com
Share

Stay Informed with Quality Articles

Discover curated summaries and insights from across the web. Save time while staying informed.

© 2024 BriefRead