Ringkasan Singkat
Video ini membahas pengalaman penulis yang gagal monetisasi YouTube meskipun telah memenuhi persyaratan jumlah penayangan dan subscriber. Penulis berbagi pelajaran tentang pentingnya memeriksa ulang konten, memahami kebijakan penggunaan ulang konten, dan memberikan nilai tambah pada setiap video. Video ini juga memberikan panduan tentang jenis konten yang layak dan tidak layak untuk monetisasi, serta klarifikasi mengenai penggunaan fitur audio YouTube.
- Pentingnya memeriksa ulang konten sebelum mengajukan monetisasi.
- Memahami kebijakan penggunaan ulang konten YouTube.
- Memberikan nilai tambah pada setiap video agar layak dimonetisasi.
Kegagalan Monetisasi dan Refleksi [0:00]
Penulis mengungkapkan kekecewaannya karena gagal monetisasi setelah berjuang mencapai 10 juta penayangan dan 1000 subscriber. Ia menganggap ini sebagai eksperimen dan riset yang akan membantunya berpikir lebih matang ke depannya. Penulis berharap pengalamannya ini dapat menjadi pelajaran bagi YouTuber pemula lainnya agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
Proses Pengajuan Monetisasi dan Penolakan [0:34]
Penulis menceritakan prosesnya dalam mencari jam tayang dan mencapai 10 juta penayangan selama 6 bulan. Sebelum mengajukan monetisasi, ia berusaha memeriksa video-videonya untuk menghindari masalah hak cipta dan kurangnya nilai tambah, bahkan menghapus beberapa video yang dianggap bermasalah. Setelah merasa aman dan merapikan judul, deskripsi, thumbnail, dan hashtag, ia mengajukan monetisasi. Namun, proses peninjauan berlangsung lebih lama dari biasanya dan akhirnya ditolak dengan alasan konten digunakan ulang (reuse content).
Analisis Penyebab Kegagalan Monetisasi [1:41]
Penulis menduga bahwa kegagalan monetisasinya disebabkan oleh video shorts remix yang meskipun telah diberi narasi, alur cerita, komentar, dan perubahan volume suara, tetap dianggap melanggar kebijakan penggunaan ulang konten. Ia menyadari bahwa pemahamannya tentang editing yang benar masih kurang. Penulis juga menyebutkan video reupload dari Red Note yang telah diedit dengan overlay video pemandangan, narasi, dan tulisan, namun tetap menjadi masalah.
Pentingnya Pemeriksaan Ulang Konten [2:31]
Penulis menekankan pentingnya memeriksa ulang semua video sebelum mengajukan monetisasi, meskipun merasa semua persyaratan telah terpenuhi. Bahkan satu video reupload tanpa nilai tambah dapat menyebabkan penolakan monetisasi. Jika hanya ada satu video yang meragukan, sebaiknya dihapus dan ajukan banding. Penulis juga mengklarifikasi tentang video yang sempat ramai, menekankan bahwa informasi yang disampaikannya berasal dari referensi di Facebook dan bukan kebenaran mutlak.
Klarifikasi Penggunaan Fitur Audio YouTube [3:17]
Penulis menjelaskan bahwa penggunaan fitur tambahkan audio di YouTube diperbolehkan dan tidak dianggap konten berulang. Namun, mengambil video orang lain dan menggunakan fitur "gunakan audio ini" dari video tersebut memiliki risiko, seperti video remix yang bisa di-mute atau hilang jika pemilik video asli mencabut izin remix atau menghapus video aslinya. Jika video didownload dan diedit sendiri, itu dianggap upload baru dan bisa terkena reuse konten jika tidak ada nilai tambah.
Konten yang Layak dan Tidak Layak Monetisasi [4:06]
Penulis memberikan daftar konten yang masih bisa dimonetisasi:
- Revisi konten orang lain dengan tambahan humor, analisis, atau opini pribadi.
- Klip video orang lain sebagai bagian dari review atau kritik.
- Cuplikan film yang suaranya diubah (dubbing ulang).
- Highlight pertandingan olahraga dengan penjelasan peran pemain, strategi, atau blunder.
- Video reaksi dengan tambahan ekspresi, suara, dan komentar sendiri.
- Hasil edit video orang lain dengan tambahan alur cerita atau narasi sendiri.
Konten yang tidak layak monetisasi:
- Video pendek kompilasi dari media sosial tanpa komentar atau tambahan apapun.
- Kumpulan lagu dari artis lain, meskipun mendapat izin.
- Klip acara TV atau film yang hanya dipotong-potong tanpa narasi atau penjelasan.
- Konten reupload dari kreator lain.
- Promosi konten orang lain tanpa tambahan konten dari diri sendiri.
Kesimpulan dan Anjuran [6:20]
Penulis menyimpulkan bahwa YouTube bukan hanya soal upload, tetapi juga tentang nilai tambah yang diberikan. Reposting konten tidak akan lolos monetisasi, tetapi menambahkan narasi, pendapat, atau analisis dapat dianggap sebagai karya baru yang layak dimonetisasi. Penulis juga menjelaskan bahwa channel musik yang menggunakan lagu terkenal tetap bisa dimonetisasi, tetapi hasilnya biasanya masuk ke pemilik lagu melalui sistem konten ID. Menulis credit to owner tidak cukup untuk mendapatkan izin menggunakan atau memonetisasi konten orang lain. Jika video terkena klaim hak cipta tetapi masih bisa dimonetisasi, hasilnya akan diberikan kepada pemilik konten. Penulis menganjurkan untuk menggunakan konten original atau menambahkan nilai yang membuat konten berbeda agar aman dan mendapatkan cuan.
Pengalaman Pribadi dan Harapan [7:29]
Penulis mengakui bahwa video tentang anjuran dan larangan monetisasi sudah sering disampaikan oleh kreator sukses, dan ia hanya mengulas kembali. Meskipun sudah berhati-hati, channel kartun tempelnya tetap gagal monetisasi. Penulis saat ini mengurus tiga channel monetisasi dan menyadari bahwa ia mungkin terlalu serakah. Ia fokus pada channel ini untuk berbagi pengalaman dan berusaha mengupload satu atau dua kali seminggu. Penulis berharap video ini bermanfaat dan mengajak penonton untuk memberikan like, komentar, dan subscribe agar bisa berkembang dan sukses bersama. Ia juga meminta maaf jika ada kesalahan dalam penyampaian karena ia juga masih pemula.