Ringkasan Singkat
Video ini membahas tentang jati diri Sunda, sistem keyakinan, dan pentingnya melestarikan nilai-nilai kasundaan. Dedi Mulyadi menekankan bahwa Sunda bukan hanya sekadar suku atau wilayah, tetapi sebuah sistem keyakinan yang didasarkan pada nilai-nilai luhur.
- Sunda adalah sistem keyakinan yang didasarkan pada nilai-nilai luhur.
- Pentingnya menjaga alam dan lingkungan sebagai bagian dari kasundaan.
- Revolusi kebudayaan dan pemikiran diperlukan untuk memajukan kasundaan.
Cuplikan [0:00]
Cuplikan awal video menyoroti pertanyaan tentang agama Kang Didi dan konsep sumerah diri kepada alam. Dijelaskan bahwa agama adalah urusan pribadi dengan Tuhan, bukan urusan ustaz, kiai, atau ormas. Surga dan neraka adalah hak prerogatif Tuhan, bukan manusia.
Intro Channel [0:57]
Pembukaan channel Sundaisme Pepeling dengan ucapan salam dan sapaan khas Sunda.
Jati Diri Sunda Kang Dedi Mulyadi [1:12]
Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa agama Sunda adalah sumerah diri kepada alam, baik lahir maupun batin. Manusia diciptakan dari unsur tanah, air, matahari, dan angin, yang disebut "papat kalima pancer". Ajaran ini menekankan keselarasan dengan alam dan mengikuti hukum alam. Sumarah diri kepada Tuhan diwujudkan dengan menjaga alam dan lingkungannya. Ajaran Sunda mengajarkan untuk hidup selaras dengan kodrat dan takdir, serta menjaga keseimbangan alam. Kasundaan adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi fondasi komunitas Pajajaran, yang bersifat sosialis, proletar, dan komunal. Sistem pemerintahan Pajajaran bersifat kolektif, tanpa perbedaan kasta. Kepemilikan tanah juga bersifat kolektif. Ajaran ini masih lestari di kampung adat.
Hukum alam menjadi dasar tatanan kehidupan, mengikuti keinginan alam. Penelitian dan pengembangan harus disesuaikan dengan kondisi alam. Sumarah diri kepada Tuhan harus dipahami sebagai sumarah kepada alam, bukan hanya sekadar ritual agama. Ajaran Sunda mengajarkan untuk tidak merusak alam dan hidup selaras dengan kodratnya. Kasundaan adalah sumarah diri kepada ukuran dan takaran yang telah ditetapkan Tuhan melalui alam semesta. Nilai-nilai kasundaan adalah fondasi keyakinan komunitas Pajajaran, yang mengutamakan kesetaraan dan kebersamaan.
Dedi Mulyadi menyampaikan keprihatinannya terhadap orang Sunda yang kehilangan jati diri dan mudah terpengaruh oleh budaya lain. Ia mencontohkan kebijakan yang diambil di Purwakarta untuk menjaga kasundaan, seperti larangan membangun perumahan eksklusif dan mengganti nama kampung. Tujuannya adalah untuk mempertahankan identitas dan budaya Sunda agar tidak hilang ditelan zaman. Ia juga menyoroti pentingnya menjaga tanah agar tidak dijual kepada asing, serta melarang anak-anak menggunakan motor agar tidak lupa pada sawah dan kebun. Revolusi kasundaan harus dimulai dengan revolusi kebudayaan dan pendidikan.
Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa "dangiang Galuh pakuan" kini menjadi "dangiang Ki Sunda", yang merupakan sistem berpikir untuk memimpin Purwakarta. "Galuh" berarti rasa, dan "pakuan" berarti konsistensi. Gunung Galunggung adalah simbol puncak peradaban Sunda, yang berlandaskan pada kebersihan hati. Ia juga menyinggung tantangan yang dihadapi di Purwakarta, seperti kelompok Islam garis keras dan keturunan Arab, namun tetap berkomitmen untuk menjaga kasundaan. Dedi Mulyadi berpesan agar alam Subang dijaga karena kemuliaan orang Sunda ada di gunung dan sawah.
Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa Sunda telah bubar sejak kerajaan Pajajaran runtuh. Terakhir, amanah kerajaan Sunda dipegang oleh Sumedang Larang. Ia mengkritik orang Sunda yang lebih menghormati air di tempat lain daripada di kampung sendiri. Setelah kerajaan Sunda diserahkan kepada Mataram, tata kebudayaan Sunda dirombak dan muncul gelar "raden" yang bukan warisan budaya Sunda. Bahasa Sunda juga mengalami perubahan, dengan munculnya tingkatan bahasa yang bukan berasal dari Sunda. Ia mengajak orang Sunda untuk berbicara apa adanya tanpa takut salah.
Dedi Mulyadi juga mengkritik guru biologi yang mengganti istilah "memek" dengan "pagina", karena dianggap menghina bahasa Sunda. Ia menekankan bahwa bahasa pengetahuan dan bahasa Tuhan memiliki derajat yang sama. Peradaban Sunda lebih tua dari peradaban Romawi dan Yunani. Revolusi kebudayaan Sunda harus dimulai dengan pengetahuan. Ia menantang para pemikir Sunda untuk menulis buku-buku tentang kasundaan dan menyebarkannya di perpustakaan. Ia juga menyoroti pentingnya menggali filsafat Sunda dari berbagai sumber, seperti Baduy dan Ciptagelar.
Dedi Mulyadi menjelaskan peraturan budaya desa yang dibuat di Purwakarta, yang memberikan otoritas kepada bupati untuk membuat hukum di desa. Hukum tersebut mengatur tentang air, lingkungan, adat antar keluarga, dan gotong royong. Ia mencontohkan bagaimana gotong royong diatur agar bantuan pemerintah tepat sasaran. Ia juga mencontohkan bagaimana negara lain mengatur kebebasan warganya, sementara di Indonesia kebebasan tidak diatur sehingga menimbulkan kekacauan. Ia mengajak untuk mengembalikan tatanan kasundaan di kampung-kampung dan membuat aturan yang jelas.
Dedi Mulyadi menekankan pentingnya membenahi konsep pendidikan, keluarga, dan pemerintahan yang berbasis kasundaan. Revolusi kebudayaan harus dimulai dengan revolusi pemikiran. Ia menyoroti bahwa Jawa memiliki sistem keyakinan Kejawen yang kuat, sementara Sunda belum memiliki sistem keyakinan yang jelas. Ia mengajak untuk menggali dan mengembangkan sistem keyakinan Sunda agar diakui oleh negara. Ia juga mengajak untuk membuat sistem pemerintahan, pertanian, dan tata ruang Sunda yang jelas.
Dedi Mulyadi memprediksi bahwa Indonesia belum berjaya karena tata nilai dan rujukannya salah. Ia mengajak untuk mengembalikan sistem membangun dari kampung-kampung dan menata kembali kasundaan. Ia mencontohkan bagaimana warga kampung harus berbahasa Sunda, berpakaian sesuai dengan kasundaan, dan mengikuti aturan yang berlaku. Ia juga menyoroti pentingnya menghormati gamelan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Ia mengajak untuk mengembalikan kasundaan yang sajajaran, saamparan, dan saageman.
Dedi Mulyadi menutup penjelasannya dengan mengajak untuk mengembalikan kasundaan ke tempat yang terhormat dan memuliakan gamelan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Ia berharap agar Sunda yang telah bubar dapat ditemukan kembali dan mewujud dalam kehidupan sehari-hari.
Penutup Channel [59:28]
Penutup channel dengan ucapan terima kasih dan dukungan untuk channel Sundaisme Pepeling.