Ringkasan Singkat
Video ini membahas pengalaman Feri Irwandi sebagai relawan dalam bencana di Sumatera, termasuk proses penggalangan dana yang mencapai 10 miliar rupiah dari 87 ribu orang. Feri menekankan pentingnya akuntabilitas dan transparansi dalam penyaluran dana, serta perbedaan antara peran relawan dan aktivis. Dia juga menyoroti dukungan dari berbagai pihak, termasuk TNI, Polri, dan masyarakat, serta pentingnya komunikasi yang efektif dan penanganan logistik yang tepat dalam situasi bencana.
- Penggalangan dana mencapai 10 miliar dari 87 ribu orang.
- Pentingnya akuntabilitas dan transparansi dalam penyaluran dana.
- Perbedaan peran relawan dan aktivis.
- Dukungan dari TNI, Polri, dan masyarakat.
- Pentingnya komunikasi efektif dan penanganan logistik yang tepat.
Pembukaan dan Tujuan Donasi [0:00]
Deddy Corbuzier membuka percakapan dengan Feri Irwandi mengenai keterlibatannya dalam membantu Sumatera, khususnya terkait donasi yang terkumpul. Feri menjelaskan bahwa awalnya ia tidak berencana membuka donasi karena kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan untuk terjun langsung ke lapangan akibat masalah kesehatan seperti hipertrofi dan masalah jantung. Namun, karena keadaan mendesak, donasi dibuka dengan target awal 500 juta hingga 1 miliar rupiah untuk disalurkan melalui relawan dan organisasi seperti Chakra, Asar, WWF, dan Save the Children.
Proses Pengumpulan dan Tanggung Jawab Donasi [0:31]
Feri menceritakan bagaimana donasi yang awalnya ditargetkan hanya 500 juta rupiah melonjak drastis menjadi 1 miliar dalam waktu 2-3 jam setelah diumumkan melalui story. Akhirnya, mereka memutuskan untuk melakukan livestream dan berhasil mengumpulkan 10 miliar rupiah dari 87 ribu orang. Feri menekankan bahwa sebagian besar donasi berasal dari individu dengan jumlah kecil, bukan dari sumbangan besar. Dengan dana sebesar itu, Feri merasa memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan dana tersebut disalurkan dengan benar dan akuntabel kepada publik.
Peran Relawan vs. Aktivis [3:59]
Feri menjelaskan perbedaannya antara berangkat sebagai relawan dan aktivis. Sebagai relawan, tujuannya adalah mencari solusi dan membantu korban, sedangkan sebagai aktivis, fokusnya lebih pada protes dan kritik. Feri memilih peran relawan karena terikat dengan banyak pihak dan menyadari bahwa dalam kondisi bencana, moral sangat penting. Sebagai relawan, ia terbuka untuk berkolaborasi dengan siapa pun dan mendistribusikan bantuan serta dokumentasi kepada para donatur.
Kondisi di Lapangan dan Dukungan dari Berbagai Pihak [6:00]
Feri menggambarkan kondisi di lapangan yang penuh perjuangan dari berbagai pihak, termasuk relawan, TNI, Polri, masyarakat, dan bahkan korban itu sendiri. Ia menekankan bahwa di lokasi bencana, semua perbedaan latar belakang hilang dan semua orang bersatu untuk membantu. Feri juga menyoroti dukungan moral yang diberikan oleh TNI dan Polri, yang merasa dihargai atas kerja keras mereka. Ia merasa bahwa dirinya bukanlah pahlawan dibandingkan dengan mereka yang bekerja tanpa lelah di lapangan.
Sikap Chill dan Fokus pada Solusi [7:38]
Feri menjelaskan bahwa ia memilih untuk tidak mengkritik atau menyerang pihak mana pun, melainkan fokus pada mencari solusi dan membantu korban. Ia merasa bahwa energi yang dihabiskan untuk berdebat akan lebih baik digunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Feri merasa bersyukur atas dukungan masyarakat yang terus menguatkannya. Ia menganggap dirinya sebagai kurir yang bertugas menyampaikan bantuan dan bertanggung jawab atas dana 10 miliar yang diamanatkan kepadanya.
Tidak Ada Hambatan dari Pemerintah [9:10]
Menanggapi pertanyaan mengenai adanya oknum pemerintah yang menghambat, Feri menyatakan bahwa ia tidak merasakan adanya hambatan. Ia selalu menemukan jalan keluar jika ada kesulitan dan merasa bahwa semua urusan dipermudah karena niat dan tujuan yang benar. Feri juga mengklarifikasi isu yang menyebutkan bahwa ia mengatakan pemerintah tidak hadir, dan menegaskan bahwa media yang menyebarkan berita tersebut telah melakukan investigasi dan menghapus berita tersebut karena tidak benar.
Evaluasi dan Skala Prioritas [13:14]
Feri menjelaskan bahwa ia telah mengubah pendekatannya dalam menghadapi masalah. Dulu, ia cenderung langsung menyerang, tetapi sekarang ia lebih memilih untuk fokus pada hal-hal yang lebih penting dan mencari solusi. Ia merasa bahwa dengan fokus pada solusi, pikirannya menjadi lebih jernih dan tenang. Feri juga menjelaskan mengapa ia tidak memilih jalur aktivis, karena ia merasa lebih bertanggung jawab untuk menyalurkan dana yang diamanatkan kepadanya dengan bijak.
Pentingnya Kerjasama dan Bantuan Masyarakat [14:17]
Feri menekankan pentingnya kerjasama dan bantuan dari masyarakat Indonesia dalam setiap tindakannya. Ia selalu menganggap dirinya sebagai kurir yang menyampaikan amanat dari para donatur. Feri juga menjelaskan bagaimana ia mengelola kemarahan, kesedihan, dan kekecewaan menjadi sesuatu yang positif. Ia selalu mencari solusi alternatif untuk setiap masalah yang dihadapi, seperti mengeruk sungai, membuka jalan, menyediakan obat-obatan, dan memasang solar panel.
Prioritas Bantuan dan Kebutuhan yang Berbeda di Setiap Daerah [16:14]
Feri menjelaskan bahwa prioritas bantuan berbeda-beda di setiap daerah. Di Tamiang, yang aksesnya sudah terbuka, makanan siap saji sangat dibutuhkan karena kekurangan air bersih dan gas. Sementara di Bener Meriah dan Takengon, yang terisolir, beras dan sembako lebih dibutuhkan. Feri juga menyoroti pentingnya membeli cabai dari petani lokal di Aceh untuk membantu mereka menjual hasil panennya.
Pentingnya Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Medis [19:33]
Feri menekankan pentingnya fasilitas kesehatan dan tenaga medis, terutama di daerah-daerah yang aksesnya terputus. Ia menjelaskan bahwa bencana memiliki tahapan, dan pada tahap kedua, orang-orang mulai sakit. Oleh karena itu, prioritas obat-obatan dan tenaga medis menjadi sangat penting. Feri juga mengumpulkan tenaga medis dari sisa alokasi dana untuk membantu korban.
Pesan untuk Masyarakat dan Pentingnya Persatuan [21:01]
Feri berpesan kepada masyarakat untuk bersatu dan tidak terlalu sensitif atau mudah terprovokasi. Ia mengajak semua pihak untuk fokus pada perbaikan dan memberikan apresiasi kepada siapa pun yang melakukan hal baik. Feri juga menegaskan bahwa ia tidak memiliki ego atau kepentingan pribadi dalam membantu korban bencana. Ia terbuka untuk menerima masukan dari siapa pun dan siap melakukan apa pun yang bisa mempercepat bantuan.
Legalitas dan Komunikasi yang Baik [23:59]
Feri membahas pernyataan mengenai bantuan yang harus izin ke Mensos. Ia menekankan pentingnya aspek legalitas dalam penggalangan dana dan menyarankan untuk menggandeng lembaga yang sudah memiliki kredibilitas dan izin. Feri juga menekankan pentingnya komunikasi yang baik, terutama dalam situasi yang sensitif. Ia mencontohkan pengalamannya selama menjadi PR pemerintah, di mana ia selalu menekankan pentingnya menyampaikan informasi yang benar tanpa perlu mencari apresiasi.
Survivor Guilt dan Sense of Belonging [26:41]
Feri mengungkapkan bahwa ia tidak merasa cukup dengan apa yang sudah dilakukannya dan merasa memiliki sense of belonging yang kuat terhadap para korban. Ia sulit tidur karena pikirannya selalu tertuju pada mereka. Feri juga menjelaskan bahwa ia telah membatalkan semua rencana pribadinya dan fokus sepenuhnya pada membantu korban bencana.
Masukan untuk Pemerintah dan Pentingnya Pola Komunikasi [28:22]
Feri memberikan masukan kepada pemerintah mengenai pentingnya pola komunikasi yang benar dan jalur penyebaran bantuan yang rapi. Ia menyarankan untuk menggandeng relawan di lapangan dan mengkombinasikan struktur organisasi yang ada dengan sistem yang lebih egaliter. Feri juga menyoroti masalah terhambatnya bantuan pemerintah di pos logistik dan delivery.
Perbedaan Lapangan dan Sosial Media [30:55]
Feri menekankan perbedaan antara kondisi di lapangan dan di sosial media. Di lapangan, ia melihat Indonesia bersatu dan semua orang welcome. Ia mengajak semua pihak untuk turun langsung ke lapangan dan merasakan sendiri kondisinya. Feri juga menegaskan bahwa ia tidak berusaha membela atau menyalahkan siapa pun, melainkan fokus pada penyaluran donasi seefektif mungkin.
Kekhawatiran dan Dukungan dari Istri [31:38]
Feri mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kesehatan dirinya sendiri, namun ia merasa lebih khawatir jika tidak melakukan apa pun untuk membantu. Ia bersyukur atas dukungan dari istrinya, yang selalu mengingatkannya untuk menjaga kesehatan dan menyiapkan segala kebutuhannya. Feri juga menjelaskan bahwa ia akan fokus pada kuliah dan pengobatan di tahun-tahun mendatang, dan ingin melakukan yang terbaik sebelum fokus pada hal lain.
Reaksi Anak dan Tujuan Hidup [35:09]
Feri menceritakan reaksi positif dari anaknya, yang bangga memiliki ayah seperti dirinya. Ia merasa senang dan termotivasi oleh pujian tersebut. Feri juga menegaskan bahwa ia tidak memiliki hidden agenda atau tujuan politik dalam membantu korban bencana. Ia hanya ingin melakukan yang terbaik dan tidak tertarik untuk terjun ke dunia politik saat ini.
Rencana Solar Panel dan Kerjasama dengan Pihak Lain [38:17]
Feri menjelaskan rencananya untuk memasang solar panel di Aceh dan bekerjasama dengan Warga Jaga Bumi untuk mewujudkan hal tersebut. Ia menjelaskan teknis penggunaan solar panel, yang dapat bertahan selama 3 hari dengan pengisian selama 8 jam. Feri juga menekankan pentingnya kerjasama dengan pihak lain untuk menghindari dead cost dan membagi fixed cost.
Perasaan Hening dan Fokus [40:50]
Feri mengungkapkan bahwa ia merasa sangat hening dan fokus selama membantu korban bencana. Ia merasa ringan dan tidak terbebani pikiran. Feri juga menjelaskan bahwa ia tidak merasa bangga atau lelah, melainkan hanya merasa tenang. Ia merasa senang dengan hal-hal kecil, seperti pelukan dari anaknya.
Rutinitas dan Peluncuran Buku [42:58]
Feri menceritakan rutinitasnya setelah kembali dari lokasi bencana, seperti mengurus kampus dan menjual buku. Ia juga menjelaskan bahwa buku yang baru diluncurkannya sudah dipesan sebanyak 3000 eksemplar. Feri juga menyadari bahwa hidupnya bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk orang lain.
Harapan di Ulang Tahun [44:14]
Di akhir percakapan, Feri berharap agar Sumatera cepat pulih dari bencana.