Ringkasan Singkat
Video ini membahas tentang potensi keruntuhan Tokopedia setelah bergabung dengan TikTok, menyoroti masalah-masalah yang dihadapi penjual dan pembeli. Poin-poin utama meliputi:
- Integrasi sistem yang kacau antara Tokopedia dan TikTok Seller Center.
- Kenaikan biaya transaksi dan ongkos kirim yang membebani penjual.
- PHK massal di Tokopedia.
- Perubahan perilaku konsumen dan kualitas layanan setelah integrasi.
- Kekhawatiran tentang monopoli pasar dan nasib UMKM lokal.
Pendahuluan [0:00]
Video dimulai dengan membahas rumor tentang Tokopedia yang akan bubar setelah bergabung dengan TikTok. Narasumber, K Indra, yang memiliki pengalaman dalam penjualan di marketplace, akan membahas seluk-beluk keruntuhan Tokopedia dari sudut pandang penjual. Said, sebagai pembeli setia Tokopedia di masa lalu, juga akan memberikan pandangannya.
Latar Belakang Tokopedia [1:26]
Tokopedia adalah e-commerce rintisan nasional yang bertujuan untuk mendemokratisasi UMKM di Indonesia. UMKM merupakan penyumbang pemasukan terbesar di Indonesia, sehingga model bisnis Tokopedia sangat cocok untuk pasar Indonesia. Namun, sejak dibeli oleh TikTok pada tahun 2023, Tokopedia mulai mengalami perubahan yang mengarah pada keruntuhan. TikTok terkesan lebih diperhatikan daripada Tokopedia.
Masalah Integrasi Sistem [3:38]
Integrasi Tokopedia ke TikTok Seller Center mengharuskan semua penjual untuk bergabung ke sistem TikTok. Sistem chat di TikTok Seller Center dinilai sangat buruk karena chat hanya bisa diakses oleh orang yang pertama kali menghandle, sehingga menghambat komunikasi tim dan memperlambat respons. Fitur pencarian chat juga kacau, sehingga sulit mencari riwayat percakapan.
Biaya Transaksi dan Ongkos Kirim [8:37]
Biaya transaksi di Tokopedia terus membengkak sejak tahun 2022, sementara penjualan justru menurun. Kebijakan free ongkir yang baru juga memberatkan penjual karena dikenakan biaya 6% dengan maksimum Rp40.000. Penjual yang sudah bergabung ke TikTok Seller Center tidak bisa mematikan opsi free ongkir, sehingga harus membayar biaya tambahan 4% atau maksimum Rp40.000. Biaya layanan juga bervariasi, mulai dari 3-4% hingga lebih dari 10%, sehingga margin keuntungan penjual semakin tipis.
PHK Massal di Tokopedia [12:47]
Tokopedia terus melakukan PHK, dan pada bulan Juli diperkirakan akan ada PHK lagi sekitar 2.500 orang. Hal ini disebabkan karena integrasi marketplace membuat banyak posisi menjadi tidak diperlukan. UMKM juga kebingungan dan mencari alternatif lain seperti Shopee, TikTok Shop, atau membuat website sendiri.
Dampak pada UMKM dan Perilaku Konsumen [13:23]
Hanya penjual dengan modal besar atau budget promosi yang cukup besar yang bisa bertahan di Tokopedia. Produk baru yang tidak diiklankan sulit ditemukan di pencarian. TikTok juga melarang penjualan barang bekas, sehingga menghilangkan opsi bagi penjual barang personal. Setelah integrasi dengan TikTok, segmen market Tokopedia berubah, dengan pembeli yang kurang memahami produk dan sering mengajukan komplain tidak jelas.
Pengalaman Retur yang Merugikan Penjual [17:48]
Sistem retur di TikTok sangat merugikan penjual karena pembeli bisa dengan mudah mengajukan retur bahkan setelah barang dibuka. Penjual tidak memiliki opsi untuk menolak retur, sehingga dipaksa menerima pengembalian barang yang sudah tidak layak jual. Hal ini dikhawatirkan akan menjadi celah bagi tindakan kejahatan.
Alternatif dan Masa Depan Tokopedia [18:36]
Beberapa alternatif bagi penjual adalah membuka website sendiri atau kembali ke toko fisik. Pembeli akan memilih berdasarkan kemudahan dan biaya. Affiliate content creator juga dirugikan karena pertanyaan dari pembeli di TikTok cenderung random dan tidak berbobot. TikTok sendiri akan tetap besar karena pasar yang besar di Cina, tetapi nasib Tokopedia tidak jelas.
Potensi Monopoli dan Integrasi Kacau [23:48]
Pemerintah perlu mengatur agar tidak terjadi monopoli pasar karena pemilik Shopee dan TikTok kurang lebih sama. Integrasi Tokopedia ke TikTok dinilai sangat kacau, baik dari segi chat maupun sistem. Integrasi ini seperti memindahkan platform yang beres ke platform yang tidak beres.