Kajian ITB 74 : Gradasi Islam

Kajian ITB 74 : Gradasi Islam

Ringkasan Singkat

Video ini membahas tentang gradasi kesadaran dalam beragama Islam, dengan mengacu pada pemikiran Imam Ghazali. Dijelaskan bahwa pemahaman Islam tidak hanya sebatas ilmu (pengetahuan), tetapi juga harus mencapai tahap 'ainul yaqin (melihat dengan mata hati) dan haqqul yaqin (merasakan kebenaran).

  • Pentingnya membedakan antara Islam sebagai identitas dan Islam sebagai esensi.
  • Gradasi kesadaran: ilmul yaqin, ainul yaqin, haqqul yaqin.
  • Penerapan konsep takwa (waspada) dalam kehidupan sehari-hari.

Pembukaan [0:06]

Acara ini merupakan pertemuan rutin yang diadakan dua kali sebulan, diselang-selingi antara sesi online dan offline. Pengajian ini muncul atas permintaan teman-teman yang ingin lebih mendalami Islam dengan pendekatan yang berbeda dari Kang Abu Marlo. Kang Abu Marlo telah menyusun silabus untuk pengajian ini, yang terdiri dari beberapa sesi. Sesi ini adalah pertemuan kedua yang dilakukan secara offline.

Perkenalan Moderator [7:24]

Moderator memperkenalkan topik sesi kedua, yaitu "Gradasi Kesadaran Islam dari Segi Syariat itu Hakikat Apa". Diharapkan, pendekatan yang diberikan dapat menambah kesadaran dalam mengenal Islam lebih dalam. Moderator juga berbagi pengalamannya tentang dialog positif yang membuka pencerahan tentang beragama Islam dan menghargai keyakinan orang lain.

Pembukaan Kajian oleh Abu Marlo [10:32]

Kang Abu Marlo memulai kajian dengan mengajak peserta untuk membuka pikiran dan hati, serta saling belajar. Modul yang digunakan dalam kajian ini telah diracik selama lebih dari 13 tahun dan berkaitan dengan riset. Inti dari pembelajaran ini adalah perubahan perilaku yang datang dari pengertian. Kang Abu Marlo menekankan bahwa ia tidak bermaksud menggurui, tetapi hanya ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk bahan kontemplasi.

Review Sesi Pertama: Membedakan Islam dan Agama [17:04]

Kang Abu Marlo me-review sedikit materi dari pertemuan sebelumnya, yaitu pentingnya membedakan antara Islam dan agama. Agama adalah jalan atau jembatan untuk terhubung dengan Tuhan. Banyak orang yang baru berada di jembatan sudah merasa sampai. Identitas Islam yang diwariskan belum tentu memiliki sifat Islam yang esensi. Islam adalah kata kerja, lebih kepada sifatnya, bukan siapanya.

Gradasi Kesadaran: Ilmul Yaqin, Ainul Yaqin, Haqqul Yaqin [26:02]

Kang Abu Marlo menjelaskan tentang gradasi kesadaran dalam beragama Islam, yang terdiri dari ilmul yaqin (mengetahui), ainul yaqin (melihat dengan mata hati), dan haqqul yaqin (merasakan kebenaran). Ia memberikan contoh dengan ayat tentang puasa dalam Al-Baqarah 183, yang targetnya adalah mencapai takwa. Iman bukan hanya masalah percaya, tetapi ada tingkatan-tingkatannya.

Ilmul Yaqin: Tingkat Pengetahuan [33:16]

Ilmul yaqin adalah tingkatan keyakinan yang paling dasar, yang didapatkan melalui ilmu pengetahuan. Kang Abu Marlo menjelaskan bahwa panca indra memiliki kebenaran yang lemah. Informasi yang masuk melalui panca indra akan menjadi memori, dan memori inilah yang membentuk persepsi kita. Oleh karena itu, penting untuk waspada terhadap informasi yang masuk. Kang Abu Marlo menekankan bahwa apa yang ia sampaikan hanyalah Taklim (belajar pengalaman), dan peserta masih berada di kelas 1.

Ainul Yaqin: Tingkat Pembuktian [42:18]

Ainul yaqin adalah tingkatan keyakinan yang lebih tinggi, di mana seseorang sudah menyaksikan atau membuktikan kebenaran tersebut. Kang Abu Marlo memberikan contoh dengan melihat langsung air mineral dalam kemasan, yang lebih meyakinkan daripada hanya mendengar cerita tentangnya. Al-Qur'an adalah ayat-ayat yang nyata, dan jika kita membacanya tanpa bersaksi, maka kita masih berada di level ilmul yaqin.

Haqqul Yaqin: Tingkat Pengalaman [51:27]

Haqqul yaqin adalah tingkatan keyakinan tertinggi, di mana seseorang sudah mengalami dan merasakan kebenaran tersebut. Kang Abu Marlo memberikan contoh dengan orang yang minum air mineral, yang rasa hausnya hilang. Orang yang shalatnya sudah mencapai haqqul yaqin, kekhawatiran dan kecemasannya akan hilang. Kang Abu Marlo mencontohkan dengan ayat Al-Baqarah 274 tentang orang yang menginfakkan hartanya, yang tidak akan merasa takut dan bersedih hati.

Analogi dan Contoh Tambahan [59:05]

Kang Abu Marlo memberikan contoh tentang kisah Musa membelah lautan dan Isa berjalan di atas air. Ia menjelaskan bahwa lautan adalah simbol dari pikiran yang bergelombang, dan Musa serta Isa mampu membuat jalan di antara pikiran tersebut. Ia juga menyinggung tentang Ibrahim yang kuat dibakar api, karena kasih sayangnya yang tinggi. Kang Abu Marlo mengajak peserta untuk merenungkan dan merasakan makna dari setiap ibadah yang dilakukan.

Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari [1:07:48]

Kang Abu Marlo menekankan pentingnya takwa (waspada) dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengajak peserta untuk tidak terlalu cepat percaya pada apapun, termasuk omongannya sendiri. Ia menjelaskan bahwa kebenaran tidak ditentukan oleh seberapa banyak orang yang mengatakannya. Kang Abu Marlo juga menyinggung tentang pentingnya Welas Asih, rendah hati, dan moderat dalam beragama Islam.

Tasawuf dan Hakikat [1:20:55]

Kang Abu Marlo menjelaskan bahwa Imam Ghazali, setelah melewati fase filsafat, beralih ke tasawuf atau hakikat. Di sinilah seseorang sudah masuk ke dalam rasa. Kang Abu Marlo mengajak peserta untuk tidak hanya terjebak dalam ilmu, tetapi juga mengalami secara esensial. Ia memberikan contoh bahwa Nabi Muhammad mendapatkan Al-Qur'an melalui rasa, bukan melalui buku.

Analogi Buah Mangga [1:26:09]

Kang Abu Marlo memberikan analogi dengan buah mangga. Kulit mangga adalah syariat, cara memotongnya adalah tarekat, dan merasakan buahnya adalah hakikat. Ia mengajak peserta untuk tidak hanya membaca doa, tetapi juga berdoa dengan sepenuh hati. Ia juga menyinggung tentang pentingnya wudhu sebagai bagian dari kekhusyukan dalam shalat.

Kesimpulan Sementara [1:34:05]

Kang Abu Marlo menyimpulkan bahwa target kita adalah mencapai level haqqul yaqin. Ia mengajak peserta untuk menyadari bahwa berbeda itu bukan berarti salah. Ia juga menekankan pentingnya merubah kebiasaan untuk mencapai perubahan yang lebih baik. Kang Abu Marlo memberikan contoh bahwa orang yang haqqul yaqin dalam shalat, keji dan munkarnya akan turun.

Sesi Tanya Jawab [1:37:17]

Seorang peserta bertanya tentang bagaimana melatih diri setelah mengetahui dan mengalami sesuatu. Kang Abu Marlo menjelaskan bahwa pelatihan yang dilakukan dalam keseharian berkaitan dengan melatih jiwa. Ia menjelaskan tentang tujuh derajat jiwa, yaitu amarah, lawamah, mulhamah, dan mutmainah. Ia juga memberikan tips untuk mengelola emosi dan energi.

Penutup [1:48:46]

Kang Abu Marlo menutup kajian dengan mengajak peserta untuk mengulang lagi materi yang telah disampaikan, dan mempersiapkan diri untuk pertemuan ketiga yang akan dilakukan secara online. Ia juga meminta maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan. Acara ditutup dengan doa bersama.

Watch the Video

Date: 5/26/2025 Source: www.youtube.com
Share

Stay Informed with Quality Articles

Discover curated summaries and insights from across the web. Save time while staying informed.

© 2024 BriefRead