Ringkasan Singkat
Video ini membahas tentang guru dari Satrio Piningit, dengan menekankan bahwa guru tersebut bukanlah guru dalam artian konvensional seperti guru syariat atau hakikat. Guru Satrio Piningit lebih bersifat Ilahi, berupa wahyu atau ilham yang membimbingnya. Video ini juga menyinggung tentang pentingnya mengetahui batasan diri dan tidak mencoba meniru hal-hal yang di luar kemampuan.
- Guru Satrio Piningit bukanlah guru syariat atau hakikat, melainkan wahyu atau ilham Ilahi.
- Pentingnya mengetahui batasan diri dan tidak meniru hal-hal di luar kemampuan.
- Wahyu Jatmiko sebagai Mahaguru Satrio Piningit, yang menuntun dan membimbingnya.
- Amar ma'ruf nahi mungkar, dengan penekanan pada nahi mungkar yang lebih sulit dilaksanakan.
Siapa Guru Satrio Piningit? [0:00]
Pembicara memulai dengan pertanyaan tentang siapa guru dari Satrio Piningit, menghubungkannya dengan konsep orang "linuwih" yang memiliki pandangan lahir dan batin. Dijelaskan bahwa dalam pemahaman pembicara, terdapat berbagai tingkatan guru, yaitu guru syariat, guru hakikat, guru tuduh, guru atuk, dan guru sejati. Kebanyakan orang hanya mencapai tahap guru sejati. Guru syariat diibaratkan sebagai guru mengaji di musala atau guru di sekolah, sementara guru hakikat adalah guru yang "celeneh" dan hidup di tempat terpencil. Satrio Piningit berada pada tingkatan makrifat, yang tidak bisa diajarkan oleh manusia.
Nabi Musa dan Guru Makrifat [3:05]
Pembicara mencontohkan Nabi Musa yang berguru kepada Nabi Khidir sebagai contoh guru makrifat. Nabi Musa tidak sabar dalam proses belajar, sehingga gagal. Guru Satrio Piningit bukan guru syariat atau hakikat, melainkan guru sejati yang sudah di luar ukuran. Pembicara balik bertanya siapa guru Bung Karno atau Nabi Muhammad, meskipun Cokroaminoto adalah guru Bung Karno secara syariat. Pembicara menghargai kaum akademisi, tetapi mereka kurang tepat dalam menafsirkan hal-hal yang bersifat spiritual.
Wedhatama dan Klasifikasi Manusia [6:55]
Pembicara menjelaskan bahwa Satrio Piningit berawal dari guru berupa tuh, guru syariat, guru hakikat, dan guru sejati. Pembicara mengutip Wedhatama dan menekankan pentingnya klasifikasi manusia, agar tidak terjadi halusinasi atau salah tafsir. Pembicara menyadari keterbatasannya dan tidak mungkin meniru Nabi Muhammad. Apa yang diceritakan pembicara bukan untuk tataran syariat, tetapi untuk dipahami bahwa setiap orang harus mengetahui porsinya.
Guru Satrio Piningit adalah Wahyu [12:00]
Pembicara menegaskan bahwa guru Bung Karno adalah ilmunya, dan guru Nabi Muhammad adalah wahyu. Pembicara menyimpulkan bahwa guru Satrio Piningit bukanlah fisik, melainkan wahyu. Wahyu Jatmiko adalah kumpulan esensi dunia yang mengajarkan Firman. Guru Satrio Piningit adalah Sukma sesembahan para dewa yang belum pernah turun ke bumi.
Amar Ma'ruf Nahi Mungkar [16:21]
Pembicara menjelaskan konsep Amar ma'ruf nahi mungkar, di mana kebanyakan orang hanya melakukan Amar ma'ruf (berbuat kebajikan) tetapi tidak melakukan nahi mungkar (mencegah kemungkaran). Nahi mungkar lebih sulit dilakukan karena membutuhkan tanggung jawab batin. Pembicara mencontohkan orang kaya yang tidak berani mengentaskan tunawisma dengan penuh tanggung jawab. Pembicara akan membahas lebih lanjut tentang siapa yang menjamin pengampunan manusia di sesi berikutnya.
Wahyu Jatmiko sebagai Mahaguru [20:50]
Pembicara menekankan bahwa Mahaguru Satrio Piningit adalah Wahyu Jatmiko, yang menuntun dan membimbingnya. Wahyu Jatmiko adalah wahyu yang sesungguhnya, wahyu penyempurnaan dari seluruh wahyu. Pasukan Satrio Piningit adalah prajurit dalam kasih. Pembicara akan memaparkan cara menghancurkan keangkaramurkaan, yang hanya bisa dilakukan dengan kekuatan dari Wahyu Jatmiko.