Ringkasan Singkat
Video ini membahas trailer film animasi "Merah Putih One for All" dan menginterpretasikannya sebagai propaganda PKI dengan menganalisis simbol-simbol tersembunyi di dalamnya. Guru Gembul menyajikan teori konspirasi ini dengan menghubungkan berbagai elemen visual dan naratif dalam trailer dengan sejarah dan ideologi komunisme di Indonesia.
- Bendera Indonesia yang miring ke kiri sebagai simbol komunisme.
- Angka 75 dan 19 dikaitkan dengan masa kejayaan dan kode rahasia PKI.
- Representasi tokoh Untung dan konflik NU-PKI melalui karakter anak-anak.
- Desa heterogen sebagai simbol masyarakat komunis yang dibangun.
Intro [0:04]
Guru Gembul membuka video dengan membahas film animasi "Merah Putih One for All" yang trailernya menuai banyak kritikan. Namun, Guru Gembul memiliki pandangan berbeda, ia menganggap film ini dibuat oleh orang yang jenius karena mengandung simbol-simbol ideologis yang hanya bisa dipahami oleh kalangan tertentu. Ia mengklaim bahwa film ini adalah propaganda PKI komunis dan mengajak penonton untuk menyimak analisisnya.
Simbol Komunisme di Detik Awal [1:51]
Pada detik-detik awal trailer, Guru Gembul menemukan simbol-simbol komunisme yang kuat. Bendera Indonesia yang ditampilkan miring ke kiri, yang menurutnya mengindikasikan kecenderungan ke arah komunis. Ia menggunakan busur derajat untuk mengukur kemiringan bendera, menemukan angka 75 derajat, yang dikaitkan dengan masa kejayaan PKI di Indonesia. Selain itu, jumlah huruf dalam tulisan "Merah Putih One for All" (19 huruf) dihubungkan dengan tahun 1975 dan bilangan prima yang sering digunakan sebagai kode rahasia oleh komunis.
Analisis Jumlah Anak dan Bilangan Prima [2:16]
Guru Gembul melanjutkan analisisnya dengan memperhatikan delapan anak yang ditampilkan dalam trailer. Jumlah ini dikaitkan dengan 80 tahun kemerdekaan Indonesia dalam "bahasa" komunis. Komposisi anak-anak (lima laki-laki dan tiga perempuan) menghasilkan angka 53, yang juga merupakan bilangan prima. Angka ini kemudian dihubungkan dengan tahun 1975, dikurangi 16 (bilangan prima ke-53), menghasilkan tahun 1959, yang dianggap sebagai masa kejayaan komunis di Indonesia dengan adanya konsep NASAKOM dan poros Jakarta-Peking. Jika 1975 ditambah 16, hasilnya adalah 1991, yang dianggap sebagai puncak kejayaan musuh-musuh komunis.
Representasi Konflik NU-PKI dan Tokoh Untung [5:58]
Guru Gembul menyoroti komposisi anak-anak dalam trailer, di mana enam anak berpasangan dengan ceria, sementara dua anak di ujung terlihat berjauhan dan saling pukul. Ia menginterpretasikan ini sebagai representasi konflik antara komunis dan Nahdlatul Ulama (NU). Salah satu anak yang sering muncul dalam trailer, yang digambarkan berkulit gelap, diidentifikasi bukan sebagai orang Papua, melainkan sebagai representasi dari Letkol Untung, tokoh penting dalam peristiwa G30S.
Desa Komunis dan Syam Kamaruzaman [8:13]
Guru Gembul mengkritisi penggambaran desa dalam trailer yang dianggap tidak realistis karena terlalu heterogen. Ia berpendapat bahwa desa tersebut adalah representasi desa khas komunis yang dibangun dengan keseragaman dan kesetaraan dari perbedaan. Selain itu, ia mengidentifikasi karakter Pak Lurah dalam trailer mirip dengan Syam Kamaruzaman, agen ganda PKI yang menyusup ke Angkatan Darat. Kata "merdeka" yang diucapkan oleh anak-anak dikaitkan dengan Jalan Merdeka Selatan, tempat komunis memproklamirkan kemenangan dalam peristiwa KUP tahun 1955.
Gudang Senjata dan Hutan Janggal [11:50]
Guru Gembul menganalisis gudang desa yang terlihat seperti barak militer, dengan Untung sebagai komandan dan anggota Gerwani, Sobsi, dan BTI (organisasi underbow PKI) berkumpul di sana. Keberadaan dua senapan AK12K dan AK12SK buatan Soviet dianggap sebagai kode dari komunis. Adegan di hutan juga dianggap janggal karena menampilkan banjir di pegunungan, yang diinterpretasikan sebagai penghalangan terhadap upaya pemberontakan komunis.
Ular Loreng Tentara dan Burung Merah Bersuara Monyet [13:22]
Salah satu anggota komunis jatuh dan lehernya patah, yang diinterpretasikan sebagai penggagalan pemberontakan komunis. Kemunculan ular piton dengan loreng seperti seragam tentara dianggap sebagai representasi RPKAD yang menghalangi gerakan komunis. Adegan dengan burung merah yang dikurung dan kemudian dilepaskan diinterpretasikan sebagai representasi komunis yang ingin membebaskan diri dan menggantikan Garuda Indonesia. Suara monyet pada burung tersebut melambangkan oportunisme dan kemunafikan PKI.
Kesepakatan dan Apresiasi [16:18]
Guru Gembul menyimpulkan bahwa trailer tersebut menggambarkan kesepakatan antara tentara dan Letkol Untung, di mana Untung diizinkan hidup tetapi harus menghilangkan semua identitas komunisme dari Indonesia. Guru Gembul menekankan bahwa analisisnya ini adalah bentuk teori konspirasi yang dibangun dengan cocoklogi dan menghubung-hubungkan berbagai elemen. Ia mengapresiasi film ini karena menghibur dan memberikan banyak masukan bagi konten kreator Indonesia, serta mengalihkan isu-isu yang lebih besar.