Ringkasan Singkat
Video ini membahas sejarah panjang dan konflik yang dialami etnis Rohingya di Myanmar, mulai dari kedatangan mereka di wilayah Arakan, peran mereka dalam peperangan melawan Jepang, hingga pengucilan dan kekerasan yang mereka alami setelah kemerdekaan Burma. Konflik ini bukan hanya masalah agama, tetapi juga masalah etnis dan politik yang berakar pada sejarah kolonialisme Inggris.
- Etnis Rohingya berasal dari berbagai gelombang migrasi dari wilayah Indo-Arya ke Arakan.
- Peran Inggris dalam merekrut Rohingya sebagai militer melawan Jepang memperburuk hubungan dengan etnis lain di Burma.
- Setelah kemerdekaan Burma, Rohingya tidak diakui sebagai bagian dari negara dan terusir dari tanah air mereka.
Kedatangan Etnis Rohingya di Arakan [3:04]
Pada awalnya, wilayah Arakan dihuni oleh berbagai kelompok orang yang hidup berdampingan. Etnis Rohingya bukanlah penduduk asli Burma, melainkan berasal dari gelombang migrasi orang-orang Indo-Arya yang datang dari wilayah seperti Persia, Arab, dan Benggala sejak abad ke-7 hingga abad ke-17. Kedatangan mereka disambut baik, dan kerajaan Arakan (Mukyu) bahkan memadukan budaya Islam dan Buddha. Orang-orang Indo-Arya ini kemudian menetap, beranak pinak, dan mengembangkan budaya serta bahasa sendiri, menjadi etnis Rohingya yang secara fisik mirip dengan orang Bangladesh, berkulit hitam, pendek, berbadan tegap, dan berambut ikal.
Konflik dan Invasi di Arakan [7:11]
Kerajaan Arakan menjadi target invasi dari kerajaan lain, termasuk kerajaan Taungu pada tahun 1546 dan kerajaan Konbaung pada tahun 1784. Invasi Konbaung, yang dipimpin oleh Raja Bodaupaya, sangat menghancurkan, dengan banyak etnis Rahin dan Rohingya dibasmi, serta peninggalan sejarah dan peradaban dimusnahkan. Kerajaan Arakan runtuh dan dikuasai oleh kerajaan Konbaung, yang juga berupaya menghilangkan keberadaan Islam di wilayah tersebut. Orang-orang Rohingya melarikan diri ke wilayah kerajaan Islam Benggala (Bangladesh) untuk mencari perlindungan.
Peran Inggris dan Dampaknya [8:38]
Pada tahun 1824, Inggris menyerang wilayah kerajaan Burma dan memenangkan peperangan setelah dua tahun. Akibatnya, pada tahun 1826, kerajaan Burma menyerahkan wilayah Arakan kepada Inggris sebagai wilayah rampasan. Inggris kemudian membawa orang-orang Rohingya kembali ke Arakan, tetapi kali ini sebagai budak dan pekerja paksa. Pada tahun 1942, Jepang menyerang Burma, dan Inggris merekrut orang-orang Muslim Rohingya untuk menjadi militernya dengan iming-iming wilayah di Arakan sebagai kawasan nasional Muslim. Inggris membentuk pasukan gerilya Rohingya bernama V Force.
Setelah Kemerdekaan Burma [11:18]
Bergabungnya Rohingya dengan pasukan Inggris membuat orang-orang Arakan marah, menganggap Rohingya sebagai antek penjajah. Setelah Jepang dikalahkan, Inggris memberikan kemerdekaan kepada Burma pada tahun 1948, tetapi tidak melibatkan suku Rohingya dalam perundingan kemerdekaan. Akibatnya, dari 135 suku atau etnis yang diakui sebagai bagian dari Burma, suku Rohingya tidak termasuk. Hal ini menyebabkan Rohingya tidak mendapatkan hak-haknya dan terusir dari Burma. Janji Inggris kepada etnis Rohingya tidak dipenuhi, dan mereka terlantar bukan karena faktor agama, melainkan karena faktor etnis.
Konflik Berkelanjutan dan Pengusiran [16:08]
Karena tidak diakui dan diusir dari tanah air mereka, orang-orang Rohingya membentuk kelompok gerakan militer untuk melawan. Pertempuran antara pejuang Rohingya dan militer Myanmar terus terjadi hingga kini. Rohingya dianggap sebagai pengkhianat dan penjajah akibat kolonialisme Inggris, yang mengakibatkan mereka tidak diakui dan diusir dari Burma. Pada tahun 2017, militer Myanmar melakukan pembasmian terhadap etnis Rohingya, menyebabkan ratusan ribu orang meninggal dan ratusan ribu lainnya mengungsi ke negara-negara tetangga.