Ringkasan Singkat
Video ini membahas situasi terkini di Nepal, yang jarang diberitakan oleh media mainstream. Guru Gembul menjelaskan sejarah politik Nepal, pengaruh India, dan bagaimana oligarki komunis mengendalikan negara tersebut. Demonstrasi yang terjadi dipicu oleh korupsi dan kesenjangan, namun ditunggangi oleh kepentingan politik. Pola kerusuhan di Nepal mirip dengan yang terjadi di negara lain seperti Tunisia, Chili, dan Sri Lanka.
- Sejarah politik Nepal yang kompleks dan pengaruh India.
- Oligarki komunis yang korup dan mengendalikan negara.
- Demonstrasi yang dipicu oleh korupsi dan kesenjangan, namun ditunggangi kepentingan politik.
- Pola kerusuhan yang mirip dengan negara lain.
Pengantar [0:00]
Guru Gembul membuka video dengan menceritakan pengalamannya pada tahun 2019 saat bertemu dengan seseorang dari Nepal. Orang tersebut menunjukkan video kerusuhan di Nepal yang tidak pernah diberitakan di media mainstream. Hal ini menjadi pengantar untuk membahas situasi terkini di Nepal yang jarang diketahui oleh dunia internasional karena kontrol informasi oleh pemerintah.
Sejarah Nepal dan Pengaruh India [3:33]
Pada tahun 1768, Kerajaan Nepal didirikan dan memiliki wilayah yang sangat luas, bahkan 2,5 kali lebih besar dari Nepal modern. Nepal menjadi pemasok air utama untuk India. Namun, Inggris dan kemudian India mulai menggerogoti wilayah Nepal. India memiliki kepentingan besar karena sumber airnya berasal dari Nepal, sehingga India berusaha mengamankan kepentingannya dengan mengontrol Nepal. Nepal hanya bisa berdagang melalui India atau Cina, membuat India berusaha mengisolasi ekonomi Nepal. Pada tahun 1949, mahasiswa Nepal di Kalkuta mendirikan Partai Komunis Nepal yang bertujuan merebut negara dari kerajaan dan menyerahkannya kepada rakyat.
Kebangkitan Komunis dan Oligarki di Nepal [6:40]
Partai Komunis Nepal sangat kuat dan pada tahun 1951 melakukan pemberontakan, memaksa kerajaan untuk berbagi kekuasaan. Pada tahun 1990, mereka kembali dan menghancurkan kerajaan, membantai keluarga kerajaan kecuali satu orang yang dijadikan boneka. Anehnya, kekuatan Partai Komunis Nepal disokong oleh India, bukan Cina, karena India memiliki kepentingan untuk menggulingkan monarki Nepal. Setelah berhasil menggulingkan kerajaan, komunis pecah menjadi Maois radikal dan Leninis yang lebih terbuka. Kedua kelompok ini menjadi oligarki besar di Nepal. Saat ini, ada banyak partai di Nepal, tetapi tiga partai membentuk oligarki besar: Partai Kongres Liberal, Partai Komunis Maois, dan Partai Komunis Leninis.
Situasi Terkini dan Demonstrasi di Nepal [9:44]
Saat ini, Leninis berkolaborasi dengan Partai Kongres untuk membentuk pemerintahan. Perdana menteri berasal dari partai kongres, sedangkan presiden dari partai komunis. Semua posisi penting di pemerintahan dikuasai oleh partai politik, menciptakan oligarki yang korup dan membagi kekuasaan dengan India. Banyak pemuda Nepal tidak memiliki harapan dan memilih untuk bekerja di luar negeri. Kemiskinan dilaporkan mencapai 20%, namun angka sebenarnya mungkin lebih tinggi. Pemerintah yang korup juga gemar pamer kekayaan, memicu kebencian dari rakyat dan memicu demonstrasi.
Pemicu dan Penunggang Demonstrasi [14:01]
Demonstrasi yang terjadi terus-menerus menggunakan platform media untuk koordinasi. Pemerintah memblokir platform tersebut, memicu kemarahan rakyat. Namun, demonstrasi tersebut ditunggangi oleh kepentingan politik. Ketua Partai Maois, Pracanda Dahal, memanfaatkan demonstrasi untuk menghancurkan pemerintahan koalisi. Perusuh membakar terminal, gedung parlemen, dan rumah pejabat. Pembakaran tersebut juga bertujuan untuk menghancurkan data-data korupsi yang dilakukan oleh semua partai politik oligarki.
Pola Kerusuhan yang Mirip di Berbagai Negara [17:54]
Demonstrasi di Nepal terinspirasi dari Indonesia, namun Indonesia juga terinspirasi dari negara lain. Ada pola yang sama dalam kerusuhan di berbagai negara seperti Tunisia (2010), Chili (2019), Sri Lanka (2022), Iran, Ekuador, Peru (2022), Bangladesh (2024), Indonesia (2025), dan Nepal (2025). Pola tersebut meliputi pemerintah yang korup dan pamer kekayaan, kematian demonstran yang memicu demonstrasi lebih besar, demonstran yang ditunggangi, perusuh yang membakar fasilitas publik, penyerangan terhadap pejabat pemerintah, kesadaran bahwa demonstrasi ditunggangi, dan kemudian saham membaik setelah kerusuhan reda.