Ringkasan Singkat
Video ini membahas latar belakang munculnya aliran-aliran kalam dalam Islam, khususnya setelah peristiwa tahkim (arbitrase). Perpecahan umat Islam menjadi beberapa golongan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW dan mencapai puncaknya setelah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan. Peristiwa tahkim, yang seharusnya menyelesaikan konflik antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah, justru memperdalam perpecahan dan memunculkan berbagai aliran kalam seperti Khawarij, Syiah, dan Murji'ah.
- Perpecahan umat Islam bermula dari perbedaan politik dan kemudian merambah ke perbedaan teologis.
- Peristiwa tahkim menjadi titik balik yang mempercepat munculnya berbagai aliran kalam.
- Pembunuhan Ali bin Abi Thalib merupakan dampak dari konflik yang berkepanjangan.
Pendahuluan [0:00]
Video ini membahas tentang kompetensi dasar 3.1, yaitu menganalisis latar belakang munculnya aliran-aliran kalam yang terjadi akibat peristiwa tahkim. Tujuan pembelajaran ini adalah untuk memahami bagaimana perbedaan pendapat dan konflik politik pada masa awal Islam memicu lahirnya berbagai pemikiran teologis yang berbeda.
Pengertian Ilmu Kalam [1:16]
Ilmu kalam adalah ilmu yang mempelajari tentang keyakinan atau rukun iman dalam Islam, yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab Allah, rasul-rasul Allah, hari kiamat, serta qada dan qadar. Ilmu ini membahas dasar-dasar keyakinan Islam dan berusaha untuk memberikan argumentasi rasional terhadap keyakinan tersebut.
Kondisi Umat Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW [2:13]
Pada masa Nabi Muhammad SAW, umat Islam masih bersatu dan tidak ada perpecahan dalam masalah akidah. Jika terjadi perbedaan pendapat, para sahabat langsung bertanya kepada Nabi Muhammad SAW dan solusi dari beliau selalu ditaati. Semangat persatuan sangat dijaga oleh para sahabat dengan berpegang pada Al-Qur'an, khususnya surat Al-Anfal ayat 46 yang menekankan pentingnya taat kepada Allah dan Rasul serta menghindari perselisihan.
Masa Khulafaurrasyidin dan Awal Perpecahan [3:48]
Pada masa Khulafaurrasyidin, terutama pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khattab, persatuan umat Islam masih terjaga meskipun muncul beberapa nabi palsu dan penolakan membayar zakat. Namun, masalah-masalah ini dapat diatasi oleh Abu Bakar As-Siddiq. Benih-benih perpecahan mulai muncul pada akhir pemerintahan Utsman bin Affan, terutama karena kebijakan-kebijakan reformasi yang dilakukannya dalam bidang pemerintahan yang menyebabkan situasi politik menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan ini mencapai puncaknya dengan pembunuhan Utsman bin Affan, yang dikenal sebagai al-fitnah al-kubra atau fitnah besar. Peristiwa ini dianggap sebagai akar dari munculnya berbagai sekte atau aliran dalam Islam.
Peristiwa Tahkim dan Dampaknya [5:12]
Setelah pembunuhan Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah dalam situasi yang sulit. Muawiyah, yang merasa mewakili keluarga Utsman, menuntut agar Ali memprioritaskan pengusutan kasus pembunuhan Utsman. Karena tidak menemukan titik temu, Muawiyah menolak berbaiat kepada Ali dan secara terbuka menentang kekhalifahannya. Konflik ini berujung pada Perang Shiffin yang kemudian diakhiri dengan perundingan atau tahkim di Daumatul Jandal. Dalam perundingan tersebut, disepakati bahwa Ali dan Muawiyah harus diturunkan dari jabatannya. Namun, Amr bin Ash dari pihak Muawiyah menyampaikan hasil perundingan yang berbeda, yaitu Ali diturunkan dan Muawiyah diangkat sebagai khalifah. Hal ini menyebabkan kekacauan dan kekecewaan di pihak Ali.
Terbentuknya Faksi-Faksi dan Munculnya Aliran Kalam [9:37]
Akibat peristiwa tahkim, umat Islam terpecah menjadi tiga faksi: kelompok yang setia kepada Ali (cikal bakal Syiah), kelompok yang memisahkan diri dari Ali (Khawarij), dan kelompok yang mendukung Muawiyah. Perpecahan ini awalnya hanya terkait masalah politik, tetapi kemudian merambah ke masalah akidah atau teologi. Kaum Khawarij menganggap Ali dan Muawiyah sebagai kafir karena dianggap mencampuradukkan kebenaran dan kesalahan. Mereka kemudian merencanakan pembunuhan terhadap Ali, Muawiyah, dan Amr bin Ash. Namun, hanya Ali yang berhasil dibunuh, sementara Muawiyah hanya terluka dan Amr bin Ash selamat.